kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja indeks saham syariah lebih rendah dari IHSG, ini alasannya


Senin, 16 November 2020 / 20:16 WIB
Kinerja indeks saham syariah lebih rendah dari IHSG, ini alasannya


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bukan hanya industri halal, pasar modal syariah di Indonesia juga terus berkembang. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, jumlah investor saham syariah yang melakukan transaksi melalui shariah online trading system (SOTS) saat ini sudah mencapai lebih dari 80.000 investor. Padahal, pada 2016, jumlahnya baru sebanyak 12.000 investor.

Direktur Pasar Modal Syariah OJK Fadilah Kartikasari mengatakan, hal ini tidak terlepas dari upaya Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terus mendorong edukasi saham syariah. Saat ini, BEI memiliki tiga indeks yang menjadi rumah untuk saham-saham syariah, yaitu Indeks Saham Syariah Indonesia/Indonesia Sharia Stock Index (ISSI), Jakarta Islamic Index 70 (JII70), dan Jakarta Islamic Index (JII)

ISSI mengukur kinerja harga seluruh saham di Papan Utama dan Papan Pengembangan yang dinyatakan sebagai saham syariah sesuai dengan Daftar Efek Syariah (DES) yang ditetapkan oleh OJK. Sementara, JII70 dan JII masing-masing mengukur kinerja harga 70 dan 30 saham syariah yang memiliki kinerja keuangan yang baik dan likuiditas transaksi yang tinggi.

Meskipun begitu, secara year to date (ytd), ketiga indeks ini memperlihatkan kinerja yang lebih rendah dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang tahun ini, ISSI tercatat turun 14,60%, JII70 terkoreksi 14,13%, dan JII minus 15,83%. Sementara IHSG hanya turun 12,77%.

Baca Juga: Kinerja IHSG masih ciamik, kinerja seluruh reksadana ikut moncer

Senior Technical Portfolio Advisor Samuel Sekuritas Muhamad Alfatih mengatakan, kinerja indeks saham syariah lebih rendah dari IHSG karena di dalamnya tidak terdapat saham-saham bank konvensional. Sebagaimana diketahui, saham-saham bank non-syariah menyumbang bobot yang besar untuk IHSG.

Meskipun begitu, menurut Alfatih, indeks-indeks syariah tersebut tetap layak dijadikan acuan investasi. "Selain untuk kebutuhan keagamaan, kriteria emiten dengan DER rendah yang masuk indeks tersebut juga menjadikan daftar konstituen indeks ini termasuk yang relatif kuat menghadapi krisis," tutur Alfatih saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (16/11).

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama juga melihat, secara umum, prospek pertumbuhan saham syariah di Indonesia tergolong cerah. "Ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi syariah dan tren masyarakat yang memang lebih nyaman untuk berinvestasi di saham-saham berbasis syariah," kata Okie.

Baca Juga: BEI: Pasar modal syariah berkembang pesat dan semakin menarik

Menurut dia, perbankan syariah merupakan sektor saham yang menjadi perhatian pelaku pasar saat ini. Pasalnya, pemerintah secara tegas akan mendorong sektor ini untuk tumbuh dengan mengonsolidasikan bank-bank syariah pelat merah.  "Aksi korporasi tersebut dapat dikatakan menjadi salah satu langkah pemerintah untuk memajukan sektor keuangan syariah," ucap dia.

Melihat sentimen positif ini, Okie merekomendasikan investor untuk beli saham PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS) dengan target harga Rp 1.550 per saham dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) Rp 4.830 per saham. Per Senin (16/11), BRIS berada di level Rp 1.295 per saham dan BTPS Rp 4.390 per saham.

Baca Juga: OJK susun aturan baru untuk industri P2P lending, berikut bocorannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×