kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja emiten perkebunan masih merunduk


Senin, 12 Maret 2018 / 22:26 WIB
Kinerja emiten perkebunan masih merunduk
ILUSTRASI. Salim Ivomas Pratama Tbk SIMP


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas crude palm oil (CPO) tidak sehangat komoditas batubara. Akibatnya, kinerja keuangan emiten perkebunan cenderung stagnan.

Rata-rata pertumbuhan laba bersih tiga emiten perkebunan, yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT London Sumatra Plantations Tbk (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) sepanjang 2017 hanya tumbuh sekitar 8%.

SIMP menjadi emiten dengan kinerja keuangan terburuk. Laba bersihnya turun 4% menjadi Rp 512,2 miliar dari sebelumnya Rp 538,33 miliar. Sedang pendapatannya tumbuh 12% menjadi Rp 15,83 triliun dari sebelumnya Rp 14,53 triliun.

Laba bersih AALI tahun 2017 tercatat Rp 2,01 triliun, hanya naik 0,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 2 triliun. Pendapatannya meningkat 22% menjadi Rp 17,3 triliun.

Hanya LSIP yang mencatat kinerja cukup positif. Laba bersihnya naik 28% menjadi Rp 763,48 miliar dari sebelumnya Rp 593,82 miliar. Sementara, pendapatannya tercatat Rp 15,83 triliun, naik 23% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 3,85 triliun.

Harga jual memang menjadi faktor utama kinerja emiten perkebunan. Rata-rata harga CPO sepanjang 2017 sebesar Rp 8.655 per kilogram (kg), hanya naik sekitar 2% dibanding rata-rata periode 2016, Rp 8.524 per kg.

Tidak bergairahnya harga lantaran karakter CPO yang merupakan soft comodity berupa minyak nabati atawa edible oil. Komoditas seperti ini banyak substitusinya. Ada soybeen oil atau bahkan rapeseed oil.

"Banyaknya substitusi ditambah permintaan yang tidak banyak tumbuh membuat harga CPO sulit untuk naik," ujar analis Henan Putihrai Yosua Zishoki kepada KONTAN, Senin (12/3).

Masalahnya, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akibat naiknya harga minyak dunia kian memperburuk keadaan. Salah satu komponen utama harga pokok produksi adalah beban BBM untuk panen atau pemeliharaan perkebunan.

Yosua bilang, harga pokok produksi AALI dan LSIP naik sekitar 23% hingga 25% akibat kenaikan harga BBM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×