kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja emiten konsumer menarik, simak rekomendasi analis berikut


Rabu, 07 Agustus 2019 / 18:32 WIB
Kinerja emiten konsumer menarik, simak rekomendasi analis berikut


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten di sektor konsumer mencatatkan kinerja positif pada paruh pertama tahun ini, tapi nyatanya perolehan ini tidak sebanding dengan kinerja indeksnya dalam periode year to date (ytd) yakni minus 10,17%. Sejumlah analis menilai hal ini wajar dan emiten di sektor ini masih menarik.

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menjelaskan kinerja untuk rata-rata emiten di sektor konsumer pada paruh pertama tahun ini rata-rata mengalami pertumbuhan 18,01% year on year (yoy).

Kinerja pertumbuhan laba di sektor konsumer yang menduduki posisi lima terbesar adalah PT Unilever Tbk (UNVR) sebesar 15,59% yoy, disusul PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) sebesar 13,11% yoy, kemudian PT Gudang Garam Indonesia Tbk (GGRM) sebesar 15,82% yoy.

Dilanjutkan urutan keempat ada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar 14,78% yoy dan terakhir PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sebesar 5,85% yoy.

“Kendati demikian walaupun kinerjanya cemerlang, indeks konsumer menurun karena sentimen indeks consumer confidence mengalami penurunan ke level 124,8 dari tertinggi tahun ini di 128,2,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/8).

Baca Juga: Kinerja Keuangan Emiten LQ45 Melambat, Ini Pilihan Saham Yang Layak Dicermati premium

Menurut Sukarno ada beberapa saham yang mengalami pengurangan bobot terhadap indeks karena kalkulasi bobot terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) disesuaikan dengan kapitalisasi pasar dan lembar saham yang beredar di publik (free float).

Sukarno mencontohkan saham HMSP yang mencatatkan kinerja bagus tetapi harga sahamnya mengalami tren penurunan. Alhasil fund manager melakukan penyesuaian untuk mengatur portofolio investasi.

Analis MNC Sekuritas Victoria Venny memproyeksikan pada tahun ini sektor konsumsi berpotensi membaik dengan tingkat pertumbuhan penjualan ritel berada pada level 3,70%-4,01% yoy.

“Hal ini sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) yang diproyeksikan meningkat 5,2%-5,3% dan konsumsi rumah tangga pada level 5,07%-5,16%,” jelasnya dalam riset yang terbit pada Maret 2019.

Venny menyatakan berbagai kebijakan yang populis serta momentum tahun politik merupakan momen yang perlu dicermati. 
Hal lain yang bisa dijadikan perhatian khusus oleh investor adalah kenaikan BBM pasca Pilpres, perkembangan bisnis e-commerce, harga bahan baku dan fluktuasi nilai tukar.

Selain itu, Venny melansir riset dari Fitch Ratings yang memprediksikan angka penjualan makanan berpotensi tumbuh sebesar 9,7% yoy pada tahun ini dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 10% yoy hingga 2022 mendatang.

Sedangkan penjualan minuman non-alkohol diprediksikan bertumbuh 10,6% yoy di sepanjang tahun ini dengan rata-rata pertumbuhan per-tahun sebesar 11% yoy hingga 2022.

Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menambahkan rata-rata kinerja sektor konsumer naik. "Turunnya kinerja saham di sektor konsumer yakni minus 10,17% masih wajar karena pergerakannya sejalan dengan penurunan pasar," jelasnya.

Baca Juga: Ini rekomendasi analis untuk 10 saham pendorong IHSG sepanjang Juli 2019

Robertus menyatakan saat ini bisa menjadi saat yang tepat untuk membeli sahamnya karena prospeknya masih akan positif hingga akhir tahun karena sentimen masih dari potensi kinerja keuangan yang lebih memuaskan.

Sukarno merekomendasikan emiten yang paling menarik dicermati saat ini adalah saham ICBP, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

ICBP mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 13,7% yoy dari Rp 19,46 triliun menjadi Rp 22,13 triliun. Adapun labanya juga tumbuh dua digit menjadi Rp 12,4% yoy menjadi Rp 2,57 triliun.

Kemudian induk usahanya, INDF juga membukukan pendapatan yang naik 7,2% yoy menjadi Rp 38,61 triliun dari sebelumnya Rp 36 triliun pada semester I-2018. Adapun perolehan labanya juga ikut terkerek 30,1% yoy menjadi Rp 2,55 triliun.

Begitu juga dengan MYOR yang mencatatkan total pendapatan neto tumbuh sebesar 11,48% yoy menjadi Rp 12,05 triliun. Begitu juga dengan labanya yang naik 9,73% yoy menjadi Rp 807,48 miliar di sepanjang enam bulan tahun ini.

Menurut Sukarno beberapa saham seperti MYOR sedang mengalami tren penurunan investor bisa menggunakan momentumnya untuk akumulasi beli.

Sedangkan untuk saham INDF Sukarno menganalisis sahamnya sedang dalam tren naik. Investor disarankan untuk langsung beli untuk koleksi karena kinerja perusahaan rata-ratanya baik dan berpeluang berlanjut tumbuh ke depannya.

Dengan melihat beberapa katalis positif dan risiko yang ada, Venny menilai overweight untuk sektor konsumsi di Indonesia dengan saham pilihan HOKI di target harga Rp 1.070, kemudian ICBP di target harga Rp 11.600.

Sukarno merekomendasikan saham ICBP, INDF yang bisa langsung dibeli. Sedangkan MYOR gunakan strategi buy on weakness

Investor bisa membeli saham INDF di target harga Rp 7.900. Adapun buy on weakness pada saham MYOR di target harga Rp 2.590

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×