kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kekhawatiran gelombang kedua corona akan menekan rupiah, dolar AS jadi safe haven


Minggu, 14 Juni 2020 / 13:01 WIB
Kekhawatiran gelombang kedua corona akan menekan rupiah, dolar AS jadi safe haven
ILUSTRASI. Kekhawatiran pelaku pasar pada gelombang kedua wabah corona membuat rupiah melemah atas dolar AS.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kekhawatiran pelaku pasar pada jumlah pasien positif corona (Covid-19) yang terus meningkat membuat rupiah melemah atas dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat (12/6) rupiah melemah 0,81% ke Rp 14.133 per dollar AS. Sementara, kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah melemah 1,73% ke Rp 14.257 per dollar AS.

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Puteri mengatakan seharusnya rupiah bisa menguat karena The Fed cenderung dovish dengan mempertahakan tingkat suku bunga di level rendah. Namun, jumlah pasien positif corona yang terus meningkat kembali menjadi perhatian pelaku pasar.

Baca Juga: Kurs rupiah diramal akan masuki keseimbangan baru di semester kedua

"Ketidakpastian meningkat, perbaikan ekonomi belum terlihat selama pasien terus meningkat sehingga investor cenderung memilih dollar AS sebagai aset safe haven," kata Reny, Jumat (12/6).

Padahal, Reny menilai, data ekonomi dalam negeri cukup baik. Namun, data tersebut hanya mampu menahan rupiah tidak jatuh terlalu dalam.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, penguatan rupiah tertahan karena pelaku pasar keuangan global mulai mengantisipasi risiko second wave pandemi corona setelah pembukaan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan negara lain.

Di satu sisi, pelaku pasar juga merespon negatif pernyataan The Fed yang pesimistis ekonomi global akan cepat pulih pasca pandemi. Alhasil, aset berisiko bergerak melemah termasuk rupiah.

Hal ini terlihat dari mata uang emerging market yang kompak melemah terhadap dollar AS. Selain itu, yield obligasi AS tenor 10 tahun juga menurun ke 0,67%. Hal tersebut mengindikasikan banyak pelaku pasar mencari aman di obligasi AS.

Ariston memproyeksikan pergerakan rupiah masih akan lanjut melemah dengan sentimen yang sama.

Senin (15/6), data neraca dagang Indonesia akan keluar dan diproyeksikan surplus. Meski data berpotensi positif, Ariston mengatakan pelaku pasar juga akan mencermati penurunan aktivitas ekspor dan impor selama bulan Mei 2020 yang cukup dalam dibandingkan periode sama tahun lalu.

"Kemungkinan surplus yang kecil ini tidak terlalu mempengaruhi rupiah karena data perdagangan juga menunjukkan penurunan aktivitas," kata Ariston yang memprediksikan rentang rupiah besok di Rp 14.050 per dollar AS hingga Rp 14.300 per dollar AS.

Sementara, Reny memproyeksikan rupiah di awal cenderung bergerak sideways di rentang Rp 13.950 per dollar AS-Rp 14.200 per dollar AS.

Baca Juga: Gubernur BI menyebut quantitative easing hingga Juni 2020 mencapai Rp 605,5 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×