kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kata sejumlah analis untuk saham emiten sawit di tengah penurunan harga CPO


Kamis, 13 Juni 2019 / 20:38 WIB
Kata sejumlah analis untuk saham emiten sawit di tengah penurunan harga CPO


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menggerus laba bersih emiten-emiten CPO. Per kuartal I-2019 misalnya, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP, anggota indeks Kompas100 ini) mencatatkan kerugian hingga Rp 31,26 miliar. Pada periode sama tahun sebelumnya, SIMP masih membukukan laba bersih Rp 111,19 miliar.

Selain itu, per kuartal I-2019, laba bersih PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) turun 76,63% secara tahunan menjadi Rp 3,58 miliar. Sebelumnya, laba bersih SGRO sebesar Rp 15,32 miliar.

Beberapa analis memprediksi, CPO pada tahun ini sulit bangkit dari pelemahan harga. Alasannya, sentimen negatif masih menyelimuti salah satu komoditas andalan Indonesia ini. Untuk itu, emiten-emiten di sektor ini sudah merancang strategi untuk menjaga kinerjanya.

Head of Investor Relations SGRO Michael Kesuma mengatakan, perusahaannya akan meningkatkan produksi dengan menerapkan Best Management Practices (BMP), baik di lingkungan kerja kebun maupun kantor.

SGRO akan menjalankan teknik agronomis dengan biaya yang efektif dan menggunakan sumber-sumber produksinya secara efisien.

“Dengan begitu, tingkat profitabilitas dapat dioptimalkan dengan kondisi harga jual yang belum maksimal,” ungkap Michael saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (13/6).

Oleh karena itu, ia cukup optimistis bahwa produksi CPO, produktivitas tanaman, hingga manajemen inventaris SGRO pada 2019 akan lebih baik dari tahun lalu.

Tahun ini, SGRO menargetkan pertumbuhan produksi CPO 5%-10% dibanding tahun lalu. Berdasarkan Buletin Perseroan Edisi Maret 2019, sepanjang 2018, SGRO memproduksi 399.411 ton CPO atau naik 24% secara tahunan.

Dengan begitu, target produksi CPO perusahaan ini pada 2019 berkisar 419.381 ton hingga 439.352 ton. Per kuartal I-2019, volume produksi CPO mencapai 77.281 ton, meningkat 17% secara tahunan dan mencakup 17,6% dari target tertinggi.

Tak mau kalah, PT Mahkota Group Tbk (MGRO) juga bakal menggenjot produksinya dengan target mencapai 203.308 ton di tahun ini. Sementara itu, per April 2019, MGRO menghasilkan 59.044 ton CPO atau 29% dari target setahun.

Untuk mencapai target tersebut, MGRO akan berfokus ke hilirisasi dengan memanfaatkan pabrik refinery baru. “Proses pembangunan pabrik sampai saat ini sudah mencapai 70%. Diperkirakan bisa beroperasi di Agustus 2019,” kata Sekretaris Perusahaan MGRO Elvi.

Tahun ini, MGRO mengalokasikan belanja modal Rp 200 miliar untuk hilirisasi pabrik refinery dan crushing plant.

Pabrik ini memiliki kapasitas produksi minyak goreng 1.500 ton per hari dan lini produksi kernel crushing akan menghasilkan minyak inti sawit sebanyak 400 ton per hari.

Analis Fundamental Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan memprediksi bahwa harga CPO global pekan ini memiliki risiko penurunan yang melebihi kenaikan.

Alasannya, ia memprediksi produksi CPO Malaysia bulan April 2019 akan lebih tinggi dari bulan sebelumnya.

“Sementara itu, kami kurang optimistis ekspor Malaysia bulan April akan melebihi sebelumnya,” kata dia dalam risetnya, Senin (10/6).

Oleh karena itu, ia tidak merekomendasikan saham apapun dalam sektor CPO. Di sisi lain, Analis Teknikal Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama mengatakan, investor bisa maintain buy saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP).

Ia menyarankan investor membeli di area Rp 10.275-Rp 10.375 untuk saham AALI dan Rp 1.050-Rp 1.070 untuk LSIP.

Target harga AALI untuk jangka panjang adalah Rp 10.900 dan LSIP Rp 1.660. Per perdagangan Kamis (13/6), harga saham AALI berada di level Rp 10.150 dan LSIP di Rp 1.130.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×