kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,79   7,33   0.80%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kalbe Farma (KLBF) menjadi salah satu emiten tahan banting di tengah pandemi corona


Kamis, 23 April 2020 / 20:24 WIB
Kalbe Farma (KLBF) menjadi salah satu emiten tahan banting di tengah pandemi corona
ILUSTRASI. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengklaim penjualannya produk multivitamin bahkan telah naik hingga dua kali lipat.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan terhadap multivitamin, antiseptik, hingga masker melonjak tajam di tengah penyebaran virus corona. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) mengklaim penjualannya produk multivitamin bahkan telah naik hingga dua kali lipat sejak penyebaran virus corona di Indonesia pada awal Maret silam.

Analis Ciptadana Robert Sebastian dalam risetnya pada 8 April kemarin menuliskan peningkatan permintaan produk multivitamin di bawah sektor over the counter (OTC) bisa menjadi katalis positif bagi penjualan Kalbe.

“Sebagai produk H2 (Health and Happiness), multivitamin akan selalu diburu karena masyarakat yang berupaya menjaga kebugarannya. Sementara itu, produk Blackmores yang juga produk suplemen kesehatan juga akan meningkat penjualannya,” tulis Robert dalam riset.

Baca Juga: Pelemahan nilai tukar rupiah jadi sentimen negatif bagi Kalbe Farma (KLBF)

Sementara analis RHB Sekuritas Michael Wilson tak menampik, produk multivitamin, antiseptik, dan masker akan terus melonjak, bahkan hingga tiga kali lipat. Akan tetapi, Michael melihat kenaikan penjualan tersebut tidak akan berdampak besar terhadap kinerja Kalbe secara umum.

“Kalau bicara impact, ya memang ada, tapi impact consolidated multivitamin ke topline Kalbe itu relatif sedikit. Multivitamin dan suplemen itu kecil kontribusinya, cuman single digit ke top line Kalbe,” kata Michael kepada Kontan.co.id, Kamis, (23/4).

Jika multivitamin mengalami kenaikan, di sisi lain Michael menilai penjualan produk Kalbe yang consumer goods seperti susu bubuk atau Hydrococo justru akan berkurang seiring dengan pelemahan ekonomi. Ia melihat produk pharmaceutical akan jauh lebih stabil karena orang tetap membutuhkannya walau di tengah kondisi saat ini.

Baca Juga: Sektor manufaktur lesu, bagaimana nasib sahamnya?

Kendati demikian, analis Maybank Kim Eng Isnaputra Iskandar dalam risetnya pada 6 April lalu masih cukup optimistis terhadap prospek Kalbe, khususnya secara jangka panjang. Isnaputra menilai peralatan medis akan menjadi sumber pertumbuhan Kalbe secara jangka panjang.

Pasalnya, pemerintah baru saja mengeluarkan kebijakan mengenai alat medis untuk pelayanan rumah sakit umum yang lebih ketat. Sebagai contoh, Peraturan PMK No.3/2020 menyebutkan jumlah minimum kasur yang diperlukan untuk sebuah rumah sakit agar bisa dipromosikan sebagai rumah sakit dengan kelas lebih tinggi.

“Dengan perkembangan ini, kami melihat rumah sakit umum akan lebih membutuhkan peralatan medis untuk mengakomodir penambahan kasur tersebut. Sehingga menurut kami ini akan menjadi katalis positif bagi bisnis Kalbe ke depan,” tulis Isnaputra.

Baca Juga: Outlook negatif dari S&P bisa tekan IHSG, ini saham-saham yang layak dikoleksi

Robert juga menilai selepas pandemi ini berakhir, perilaku masyarakat akan berubah. Masyarakat akan lebih sadar sehingga akan lebih mengalokasikan dana untuk kebutuhan produk yang berkaitan dengan kesehatan. Selain itu, penjualan obat resep juga akan menguat seiring dengan semakin banyaknya kunjungan ke rumahsakit dan hal tersebut bisa menjadi katalis positif bagi Kalbe.

Michael pun optimistis, prospek Kalbe masih akan cenderung lebih baik, seiring Kalbe yang relatif lebih terbanting terhadap keadaan saat ini jika dibandingkan dengan emiten lain.

“Walau jika dibandingkan secara tahunan, jelas pendapatan Kalbe akan flat atau cenderung turun sedikit. Tapi ini masih akan lebih baik dibanding sektor lain yang mungkin drop akan lebih dalam,” pungkas Michael.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) bersama Gugus Tugas Covid-19 siap layani 4.000 tes PCR gratis

Oleh karena itu, Michael merekomendasikan untuk beli saham KLBF dengan target harga Rp 1.850 per saham. Robert pun merekomendasikan untuk beli, hanya saja dengan target harga Rp 1.420. Sementara Isnaputra menyarankan untuk hold dengan harga Rp 1.300 per saham.

Adapun saham KLBF pada perdagangan hari ini, Kamis (23/4) ditutup menguat 1,20% ke Rp 1.256 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×