kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kalbe Farma (KLBF) berkelit dari dampak depresiasi rupiah


Kamis, 14 Mei 2020 / 18:18 WIB
Kalbe Farma (KLBF) berkelit dari dampak depresiasi rupiah
ILUSTRASI. Pekerja mengemas obat generik bermerk dan berlogo kemasan biru di Pabrik PT Hexphram Jaya Cikarang Jawa Barat, Selasa (3/10. PT Hexpharrm (HJ) anak perusahaan dari PT kalbe Farma Tbk dengan kapasitas produksi 300 juta tablet perbulan sampai dengan 2017 te


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepertinya tidak berlebihan jika sektor barang konsumsi dan farmasi digadang-gadang menjadi sektor paling jagoan di tengah pandemi seperti sekarang. Hal ini setidaknya terjadi pada kinerja keuangan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).

Bukan hanya sekadar angka pertumbuhan, namun KLBF terbilang masih mampu menjaga margin bisnisnya. Kuartal pertama kemarin, margin kotor atawa gross margin KLBF sebesar 45,16%, hanya turun tipis dibanding kuartal pertama 2019 sebesar 46,55%.

Artinya, tidak ada lonjakan beban pokok akibat depresiasi rupiah seperti yang sempat menjadi isu beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) meraup Rp 225,42 miliar dari dividen EPMT

Mengingatkan saja, isu tersebut muncul lantaran selama ini emiten farmasi masih mengimpor mayoritas bahan bakunya, terutama untuk produksi obat. Hal ini berpotensi menekan kinerja keuangan ketika rupiah melemah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Beban pokok KLBF secara tahunan memang meningkat 10%. Namun, beban bahan baku KLBF secara konsolidasi justru turun 5,69% menjadi Rp 1,19 triliun kuartal pertama kemarin.

"Margin yang lebih rendah ada di divisi distribusi dan logistik," ujar Direktur Utama KLBF Vidjongtius kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Beban pokok pada divisi tersebut memang naik 18,71% menjadi Rp 1,36 triliun. Kenaikan ini membuat laba kotor divisi distribusi dan logistik turun 0,03% menjadi Rp 435,88 miliar.

Baca Juga: Catat rekomendasi saham KLBF, GGRM, dan UNTR untuk Jumat (8/5)

Sedangkan beban pokok di divisi obat resep naik 0,6%. Namun, dengan penjualan yang meningkat 5%, laba kotor KLBF dari divisi ini masih naik 4,8% menjadi Rp 754,37 miliar.

Masih berbicara soal gross margin yang mencerminkan kondisi bisnis secara riil. Secara kuartalan, gross margin KLBF kuartal pertama kemarin justru lebih tinggi dibanding kuartal IV-2019.

"Ini terjadi karena setiap kuartal selalu terjadi perubahan penjualan produk dari empat divisi yang kami miliki," terang Vidjongtius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×