kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Instrumen reksadana bisa jadi pilihan di tengah ketidakpastian pasar investasi


Minggu, 04 Oktober 2020 / 13:16 WIB
Instrumen reksadana bisa jadi pilihan di tengah ketidakpastian pasar investasi
ILUSTRASI. Instrumen reksadama bisa jadi pilihan di tengah ketidakpastian pasar investasi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Setelah banyaknya volatilitas di pasar investasi pada kuartal II dan III-2020, memasuki kuartal IV-2020, pasar investasi diperkirakan masih memiliki banyak tantangan.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Development Reza Fahmi menilai saat ini memilih instrumen investasi, khususnya instrumen saham tidak akan semudah memilih produk untuk mengisi kulkas.

Memang pada kuartal IV-2020 akan ada kecenderungan ekonomi pulih seiring efek low base pada kuartal II dan III. Namun, dari segi daya beli masyarakat dinilai Reza masih tetap rendah seiring tingkat pengangguran dan pergeseran consumer behaviour.

Sementara perputaran ekonomi di Jakarta yang memiliki porsi 17% terhadap pendapatan negara, nyatanya juga melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lagi.

Baca Juga: Masuk kuartal IV-2020, bagaimana sebaiknya mengatur portofolio investasi?

Dengan kondisi ini, pada akhirnya Reza menyebut sektor perbankan, telekomunikasi, dan consumer goods jadi yang paling resilient pada kondisi saat ini.

“Tapi, yang perlu diperhatikan dalam pemilihan saham adalah, apakah earnings dari perusahaan itu ke depan sejalan dengan kenaikan book value saham? Ataukah malah present book value terlalu mahal sehingga PER-nya juga menjadi terlalu mahal untuk dilirik,” jelas Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (2/10).

Sementara untuk instrumen obligasi, Reza menyebut obligasi korporasi masih cukup kurang diuntungkan pada kondisi saat ini.

Pertimbangannya adalah, ada risk rating degradation dari investment grade menjadi non investment grade. Dus, dalam memilih obligasi korporasi, kemampuan perusahaan dengan low base capacity bisa memenuhi demand pasar, hingga kondisi cash flow perusahaan tersebut harus jadi pertimbangan.

Reza sendiri lebih overweight ke obligasi negara untuk saat ini. Sedangkan untuk obligasi korporasi, ia menilai setidaknya korporasi tersebut memiliki rating single A.

Baca Juga: Usai jadi instrumen juara hingga triwulan III, harga emas diramal masih bakal naik

Dalam kondisi saat ini, pada akhirnya Reza menilai instrumen reksadana akan jadi pilihan one stop solution. Investor tidak perlu pusing memilih sektor industri, stock picking, time management to entry the market, hingga time horizon berinvestasi di stock picking tersebut.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×