kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab penurunan kinerja Terregra Asia Energy (TGRA) hingga kuartal ketiga 2019


Kamis, 07 November 2019 / 19:06 WIB
Ini penyebab penurunan kinerja Terregra Asia Energy (TGRA) hingga kuartal ketiga 2019
ILUSTRASI. Hingga akhir kuartal III 2019, Terregra Asia Energy (TGRA) membukukan pendapatan sebesar Rp 20,45 miliar.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA) mencatatkan penurunan kinerja pada kuartal III 2019. TGRA mencatat kerugian bersih Rp 2,9 miliar pada sembilan bulan pertama tahun ini. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu TGRA masih mampu meraup keuntungan sebesar Rp 1,17 miliar.

Sekretaris Perusahaan Terregra Asia Energy Christin Soewito menjelaskan, kerugian ini akibat oleh selisih kurs dolar Australia yang ditanggung oleh TGRA.

Jika menilik lebih lanjut pada laporan keuangan TGRA pada kuartal III 2019, emiten yang bergerak di bidang pembangkit listrik dan energi ini mencatatkan kerugian selisih kurs mata uang sebesar Rp 3,72 miliar. Padahal, pada tahun lalu TGRA tidak mencatatkan keuntungan maupun kerugian selisih kurs mata uang.

Baca Juga: Sejumlah proyek EBT terkendala, begini upaya pemerintah

Pendapatan TGRA juga turun. Hingga akhir kuartal III 2019, TGRA membukukan pendapatan sebesar Rp 20,45 miliar. Pencapaian ini merosot 29% dari periode kuartal III 2018 sebesar Rp 28,79 miliar.

Christin bilang, penurunan pendapatan ini tidak lepas dari kondisi politik dalam negeri. Hal ini menyebabkan mundurnya beberapa realisasi dari proyek TGRA.

“Faktor kondisi dan tensi politik, sehingga beberapa target project realisasinya menjadi mundur. Tadinya sebagian bisa direalisasikan tahun ini waktunya jadi mundur ke tahun depan,” kata Christin kepada Kontan.co.id, Kamis (7/11).

Baca Juga: Terregra Asia Energy (TGRA) gencar membangun pembangkit listrik EBT

Salah satu proyek yang tertunda adalah kontrak dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) masing-masing senilai Rp 43,5 miliar dan Rp 14,5 miliar. Proyek pemeliharaan (maintenance) ini baru bisa direalisasikan pada tahun depan.

Meski demikian, TGRA berhasil menekan beban pokok penjualan cukup signifikan menjadi Rp 11,36 miliar atau turun hingga 46,11%. Christin mengatakan, turunnya beban pokok penjualan ini seiring dengan turunnya penjualan TGRA pada kuartal III 2019.

Untuk diketahui, saat ini TGRA sedang mengikuti proses tender lelang untuk pengadaan dua pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Bali. PLN memulai lelang PLTS Bali Barat dan PLTS Bali Timur sejak Maret 2019.

Baca Juga: Terregra Asia Energy (TGRA) menyerap belanja modal Rp 278 miliar hingga Juni lalu

TGRA juga sedang menjajaki kerja sama dengan perusahaan renewable energy internasional. Untuk merealisasikan kerja sama ini, TGRA akan menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

Per September 2019, kedua pihak sampai pada tahap uji tuntas (due diligence). Namun, TGRA masih enggan mengungkap lebih jauh perihal perusahaan yang digandeng tersebut.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, TGRA akan mengeluarkan sebanyak-banyaknya 305 juta saham atau maksimal 10% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga pelaksanaan antara Rp 680-Rp 875 per saham atau harga lainnya yang lebih baik dari rentang harga tersebut.

TGRA akan menggunakan dana hasil private placement untuk memperkuat struktur permodalan dan menunjang kemampuan pembiayaan proyek TGRA.

Lebih lanjut, hingga lima tahun ke depan TGRA menargetkan dapat membangun pembangkit listrik EBT dengan kapasitas 600 MW. Nantinya, proyek ini akan dibangun di dalam negeri maupun di Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×