kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indika Energy (INDY) terus fokus diversifikasi bisnisnya


Jumat, 10 Mei 2019 / 19:20 WIB
Indika Energy (INDY) terus fokus diversifikasi bisnisnya


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy (INDY, anggota indeks Kompas100 ini) menjajaki peluang lain dengan melakukan diversifikasi bisnis. Upaya ini dilakukan karena banyak tantangan yang dihadapi sektor pertambangan khususnya batubara di tengah fluktuasi harga dan keadaan geopolitik yang tidak menentu.

Direktur INDY Azis Armand menjelaskan ke depannya INDY tidak akan melakukan investasi lagi di sektor batubara. Mulai dari tahun ini INDY akan fokus menjalankan diversifikasi perusahaan ke bidang lain yang non batubara.

“Sejak tahun lalu INDY telah memiliki tambahan tiga anak usaha baru di antaranya bergerak di bidang emas, dua lainnya di teknologi yang hingga saat ini sudah diimplementasi ke anak-anak perusahaan,” jelasnya dalam CEO Talks di Gedung Kompas, Jumat (10/5).

Azis menyatakan dua anak perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi adalah PT Xapiens Technology Indonesia dan PT Zebra Cross Technology.

Xapiens yang didirikan 2018 sebagai penyedia layanan informasi, komunikasi, dan teknologi termasuk IT user support, enterprise IT dan IT business consulting. Sedangkan ZebraX yang akan mengeksplor teknologi 4.0 nya melalui otomasi dan analisis data.

Azis menyatakan upaya ini baik untuk dilakukan agar INDY dapat beradaptasi dengan keadaan bisnis batubara saat ini serta kemajuan teknologi yang semakin pesat.

Melihat dari realisasi di kuartal I 2019 kontribusi pendapatan INDY dari sektor tambang justru menurun sedangkan non batubara naik cukup signifikan.

Dalam laporan keuangan Kuartal I 2019 yang disampaikan dalam materi public expose, pendapatan PT Kideco tercatat turun 22,3% menjadi US$ 409,9 juta dan resource juga turun 35,4% menjadi US$ 81,4 juta.

Sedangkan di anak usaha lain seperti Petrosea tumbuh 28,7% menjadi US$ 115,2 juta dan Tripatra juga naik 60,1% menjadi US$ 96,5 juta.

Azis berharap kontribusi pendapatan non-energi di 2023 bisa mencapai 25%. Komitmennya ini sudah diimpelementasikan tidak hanya pada bisnis IT dan emas saja.

Sebelumnya INDY lewat anak usahanya PT Kariangau Gapura Terminal Energi (KGTE) bekerjasama dengan PT ExxonMobil Lubricants Indonesia menjalankan fasilitas penyimpanan dan produk bahan bakar di Kalimantan Timur.

Komitmennya untuk melakukan percobaan ke bisnis lainnya termasuk IT cukup menantang karena punya ideologi yang jauh berbeda dengan bisnis energi batubara.

Namun menurut Azis hal ini tetap harus dilakukan untuk mempersiapkan INDY yang akan menghadapi tantangan zaman dan teknologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×