kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks S&P tergelincir karena saham Apple dan kekhawatiran ekonomi global


Selasa, 26 Maret 2019 / 06:00 WIB
Indeks S&P tergelincir karena saham Apple dan kekhawatiran ekonomi global


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Sentimen kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi global telah menyeret laju perdagangan indeks S&P 500, Senin (25/3). Di tambah turunnya saham Apple Inc setelah perusahaan teknologi itu meluncurkan layanan streaming video.

Mengutip Reuters, Dow Jones Industrial Average naik 14,51 poin atau 0,06% menjadi 25.516,83, S&P 500 kehilangan 2,35 poin atau 0,08% menjadi 2,798,36 dan Nasdaq Composite turun 5,13 poin, atau 0,07% menjadi 7.637,54.

Saham Apple turun 1,2% dan merupakan hambatan terbesar pada indeks S&P. Pembuat iPhone meluncurkan layanan streaming konten asli Apple TV + yang lama ditunggu-tunggu dan layanan berlangganan Saluran TV Apple. Masuknya Apple kian meramaikan pasar layanan streaming.

Sedangkan, indeks Dow Jones ditutup menguat tertolong kenaikan 2,3% saham Boeing Co. Menyusul perusahaan mengatakan akan memberi pengarahan singkat kepada pilot dan regulator pekan ini mengenai pembaruan peranti lunak dan pelatihan untuk pesawat seri 737 MAX.

 Asal tahu, perdagangan awal pekan ini Wall Street bergerak antara wilayah negatif dan positif sepanjang sesi, dengan investor mengawasi pasar Treasury A.S.

Imbal hasil Treasury 10-tahun turun ke level terendah sejak Desember 2017, sementara kurva imbal hasil antara tagihan tiga bulan dan uang kertas 10-tahun berbalik lebih jauh karena investor terus menilai poros dovish pekan lalu oleh Federal Reserve.

Di mana The Fed menandai perlambatan ekonomi yang diperkirakan pekan lalu dan memutuskan untuk tidak menaikkan suku bunga tahun ini.

Jika terjadi pembalikan kurva imbal hasil, dipandang oleh beberapa analis sebagai indikator bahwa resesi kemungkinan dalam satu hingga dua tahun. Catatan sepuluh tahun terakhir menghasilkan sekitar 2,4%.

"Kami berawal dari orang-orang yang khawatir tentang 4% (imbal hasil) 10-tahun dan inflasi, dan sekarang semua orang khawatir tentang resesi dan suku bunga akan lebih rendah. Jadi itu mempengaruhi sentimen," kata Eric Kuby, chief investment officer, North Star Investment Management Corp, Chicago.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×