kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indeks obligasi negara dan korporasi masih berpotensi tumbuh hingga akhir tahun


Minggu, 01 September 2019 / 16:34 WIB
Indeks obligasi negara dan korporasi masih berpotensi tumbuh hingga akhir tahun
ILUSTRASI. Dealing room divisi tresuri


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi pertumbuhan indeks obligasi pemerintah dan obligasi korporasi di sisa tahun ini masih cukup terbuka. Kedua jenis instrumen ini pun dapat menjadi pilihan menarik bagi para investor.

Sekadar catatan, berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), INDOBeX Government Total Return tumbuh 9,54% (ytd) ke level 259,05 sampai Jumat (30/8) lalu. Di saat yang sama, INDOBeX Corporate Total Return tumbuh 9,33% (ytd) ke level 287,38.

Baca Juga: Kinerja indeks obligasi negara dan dan korporasi ciamik didorong sentimen positif

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai, potensi pertumbuhan indeks obligasi akan sangat didukung oleh kemungkinan Federal Reserve memotong suku bunga acuan dalam waktu dekat. Bank Indonesia pun masih punya ruang untuk kembali menurunkan suku bunga acuan sebelum berakhirnya tahun 2019. “Bukan mustahil indeks obligasi secara year to date bisa tumbuh dua digit kalau sentimen pasar positif,” kata Ramdhan, akhir pekan lalu.

Bukan berarti tantangan di pasar obligasi nihil. Ketidakpastian perang dagang pada dasarnya masih menghantui tiap para pelaku pasar.

Apalagi, sentimen ini kerap muncul secara tiba-tiba. Bentuknya bisa berupa kabar kenaikan tarif impor dari AS atau China hingga kabar mandeknya proses negosiasi antar kedua belah pihak. “Pernyataan Donald Trump terkait perang dagang bahkan bisa menggerakkan pasar,” tambah Ramdhan.

Baca Juga: Happy birthday Warren Buffett! Inilah faktor yang membuatnya sukses seumur hidup

Head of Research & Consulting Infovesta Utama Edbert Suryajaya menyebut, kondisi pasar obligasi Indonesia juga sangat dipengaruhi oleh pergerakan kurs rupiah. Sentimen perang dagang pun akan sangat berdampak pada arah mata uang. Alhasil, sekalipun suku bunga acuan kembali turun, belum tentu harga suatu obligasi akan rally jika di saat yang sama perang dagang memanas.

Terlepas dari itu, berkaca dari tingginya laju pertumbuhan indeks obligasi pemerintah ataupun obligasi korporasi, kedua instrumen ini sama-sama memiliki daya tarik yang tinggi bagi para investor.

Investor yang ingin memaksimalkan potensi capital gain di pasar sekunder dapat memilih SUN. Investor tentu perlu memperhatikan juga tenor-tenor SUN yang dipilihnya mengingat masih adanya sentimen negatif di pasar.

Baca Juga: Rupiah Stabil, Cadangan Devisa Berpotensi Menguat di Akhir April

“Peminat SUN masih sangat besar, apalagi beberapa institusi memiliki kewajiban untuk menginvestasikan sebagian dananya di instrumen tersebut,” ungkap Edbert, Jumat (30/8) lalu.

Di sisi lain, obligasi korporasi dapat menjadi sarana diversifikasi bagi para investor. Ketika harga SUN anjlok akibat tekanan pasar, obligasi korporasi masih bisa bertahan dengan perolehan return yang stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×