kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Hold saham BNLI, ini penjelasan analis


Senin, 27 Februari 2017 / 21:43 WIB
Hold saham BNLI, ini penjelasan analis


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Per kuartal IV Tahun 2016 lalu, Bank Permata membukukan rugi bersih mencapai Rp 6,48 triliun. Padahal, tahun sebelumnya, bank berkode saham BNLI ini berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp 247,11 miliar.

Kendati begitu, Direktur Utama Bank Permata, Ridha M Wirakusumah optimistis, pihaknya bakal kembali mencatatkan laba pada tahun ini melalui peningkatan pencadangan yang mencapai Rp12,2 triliun. “Ini merupakan salah satu langkah strategis kita untuk lebih meningkatkan kualitas asset dan memulai tahun 2017 dengan lebih baik,” ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Hal itu pun mulai tampak dari laporan keuangan Bank Permata bulan Januari 2017 yang membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 136 miliar.

Bima Setiaji, Analis NH Korindo Securities menilai rugi bersih BNLI disebabkan oleh adanya peningkatan cadangan untuk kredit macet. Maklum, non performing loan (NPL) Bank Permata kuartal IV/2016 naik menjadi 8,6%, padahal di kuartal III/2016 sebesar 5%.

“Penyebabnya adalah sektor tambang yang tengah lesu, sehingga berdampak pada kinerja Bank Permata yang juga menyalurkan kredit untuk sektor pertambangan,” katanya kepada KONTAN beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, saat ini pemegang saham BNLI ada di PT Astra International Tbk dan Standard Chartered (Stanchart). Adapun isu akuisisi Bank Permata oleh CEO Grup Mayapada, Dato Sri Tahir, menurut Bima, kemungkinan terjadinya kecil.

“Soalnya Stanchart tidak mau melepas sahamnya di Bank Permata. Penolakan Stanchart ini tentu akan diikuti oleh Astra International sehingga kemungkinan akuisisi tersebut masih kecil,” ujarnya.

Seperti diketahui, PT Astra International Tbk (ASIIS) dan Stanchart memiliki persentase saham masing-masing 44,56%. Jika akuisisi itu terjadi, maka Tahir bisa mendapat sekitar 90% saham BNLI. Namun begitu, Bima menilai, Stanchart tetap ingin berinvestasi di Bank Permata karena pasar Indonesia sangat strategis, apalagi untuk sektor banking.

Selain itu, lanjut Bima, manajemen baru Bank Permata bakal memberikan peluang bagi perseroan untuk mengembangkan bisnis sektor ritel dan wholesale. “Yang saya tahu, mereka akan fokus untuk mengembangkan bisnis ritel dan wholesale karena saat ini keadaan industri juga tengah lesu,” ungkap Bima.

Ridha DM Wirakusumaah juga menyebut, pihaknya bakal melakukan sejumlah langkah strategis untuk mengelola kualitas asset bank, di antaranya melalui proses restrukturisasi dan rehabilitasi terhadap sebagian dari portofolio NPL Bank.

Adapun kelanjutan rencana rights issue senilai Rp 3 triliun tahun ini bakal dilakukan guna meningkatkan cadangan modal Bank Permata dan persiapan untuk memasuki BUKU IV.

Bima menilai, rencana rights issue tersebut akan meningkatkan rasio permodalan ke arah 20%. “Seperti kita ketahui, rasio permodalan Bank Permata tahun lalu tercatat sebesar 15,6%. Ini bisa jadi sentimen positif,” kata Bima.

Dia memprediksi laba Bank Permata bisa ada di kisaran Rp 800 miliar hingga Rp 850 miliar pada tahun 2017. Untuk itu, dia merekomendasikan hold saham BNLI dengan target harga Rp 745 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×