kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Henan Putihrai AM mencatat penurunan unit penyertaan hingga 10% pada Maret lalu


Rabu, 15 April 2020 / 20:07 WIB
Henan Putihrai AM mencatat penurunan unit penyertaan hingga 10% pada Maret lalu
ILUSTRASI. Tekanan pasar modal menyebabkan investor menjadi lebih menghindari risiko.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan pasar modal menyebabkan investor menjadi lebih menghindari risiko. Oleh karena itu, terjadi penarikan dana, termasuk di industri reksadana.

Hal ini tampak dari penurunan jumlah unit penyertaan di industri reksadana. Infovesta Utama menyebut, unit penyertaan reksadana turun 4,43% pada bulan Maret dari bulan sebelumnya. Laporan Infovesta Utama menyebut, reksadana terproteksi menjadi reksadana dengan kenaikan unit penyertaan paling tinggi, yakni sebesar 0,33% pada periode tersebut. Sementara yang terburuk adalah reksadana pasar uang yang anjlok hingga 21,33%.

Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi menyebut, hal tersebut bisa terjadi karena para investor cenderung menarik dana seiring risiko perlambatan ekonomi imbas pandemi virus corona.

Baca Juga: Penurunan unit penyertaan Avrist mencapai 3,7% pada bulan Maret

Bahkan Reza mengutarakan HPAM juga turut mengalami kondisi serupa. “Kami mengalami penurunan unit penyertaan hingga sekitar 10% pada bulan Maret kemarin,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Rabu (15/4).

Reza menyebut, teradapat dua produk reksadana saham HPAM yang unit penyertaannya turun hingga 10%-20%, yakni HPAM Ultima Ekuitas 1 dan HPAM Smart Beta Ekuitas. Penurunan unit penyertaan kedua produk ini disebut Reza karena nasabah yang cenderung menghindari aset berisiko saat pandemi corona.

“Namun produk reksadana HPAM Government Bond dari segi unit penyertaan berhasil naik sekitar 10%. Ini tidak terlepas pada Maret, yield Indonesia tenor 10 tahun sudah mencapai 8,6% sehingga net interest income-nya menarik bagi investor,” tambah Reza.

Net interest income ini pada intinya adalah bunga bersih yang diterima investor dari obligasi setelah dikurangi dengan besaran inflasi.

Baca Juga: Wabah Corona Menyeret Turun Dana Kelolaan Industri Reksadana

Meski demikian, Reza melihat dinamika yang terjadi di pasar saat ini masih wajar. Dia berkaca dari beberapa kasus krisis yang menimpa pasar beberapa waktu ke belakang yang membuat kinerja dunia investasi terpukul namun bisa mengalami kebangkitan.

“Apalagi ke depan masih banyak stimulus fiskal dan moneter, ditambah dengan banyaknya negara yang berlomba menemukan vaksin virus corona. Jadi kemungkinan kami melihatnya akan terjadi V shape recovery,” pungkas Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×