kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga terkoreksi, kapitalisasi pasar emiten perbankan merosot


Senin, 20 Mei 2019 / 16:17 WIB
Harga terkoreksi, kapitalisasi pasar emiten perbankan merosot


Reporter: Yoliawan H | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkulai dalam dua pekan terakhir. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG sudah terjun hingga 7,15% dari awal bulan ini. Salah satu sektor pemberat IHSG adalah jatuhnya saham-saham perbankan yang memang notabene memiliki kapitalisasi pasar besar.

Per akhir pekan lalu, kapitalisasi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA, anggota indeks Kompas100) susut 9,38% menjadi Rp 632 triliun dari akhir April 2019 sebesar Rp 701 triliun. Adapun bobot BBCA ke IHSG sebesar 9,5 poin.

Kapitalisasi pasar PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI, anggota indeks Kompas100) susut 16,27% menjadi Rp 463 triliun dari Rp 533 triliun di kahir bulan April 2018. Sedangkan bobot saham BBRI ke IHSG sebesar 7 poin. Pun market cap PT Bank Mandiri Tbk (BMRI, anggota indeks Kompas100) susut 8,15% menjadi Rp 327 triliun dari Rp 356 triliun di akhir April 2019. Bobot saham BMRI ke IHSG sebesar 4,9 poin.

Demikian pula kapitalisasi pasar PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) menyurut 15,25% menjadi Rp 150 triliun dari Rp 177 triliun di April 2019, dengan bobot ke IHSG sebesar 2,3 poin.

Analis Royal Investium Wijen Pontus menilai, penyusutan market cap ini wajar karena mengikuti harga saham emiten perbankan yang kompak menyusut. Menurutnya, hal yang harus diperhatikan adalah penyebab koreksi harga saham emiten perbankan. “Koreksi masih akan terjadi, tapi relatif sudah terbatas. Sekarang bisa rebound namun menuju akhir pekan akan kembali terkoreksi,” ujar Wijen kepada Kontan.co.id, Senin (20/5).

Menurutnya, koreksi saham perbankan lantaran kekhawatiran menjelang pengumuman hasil pemilu pada 22 Mei hingga 25 Mei mendatang. Kekhawatiran soal keamanan membuat pelaku pasar menjadi wait and see. “Sekarang masih wait and see. Perang dagang dan neraca dagang sudah diantisipasi. Isu terbesar dari politik yang memanas,” ujar Wijen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×