kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak perkasa, namun Brent gagal bertahan di atas US$ 30 per barel


Selasa, 12 Mei 2020 / 10:29 WIB
Harga minyak perkasa, namun Brent gagal bertahan di atas US$ 30 per barel
ILUSTRASI. Harga minyak naik setelah Arab Saudi akan pangkas produksi 7,5 juta barel per hari di bulan Juni


Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak berjangka kembali naik didorong oleh komitmen tak terduga dari Arab Saudi untuk memperdalam pengurangan produksi untuk bulan Juni guna membantu mengeringkan kelebihan di pasar global yang telah tumbuh sebagai dampak dari pandemi virus corona yang sudah menghancurkan permintaan bahan bakar.

Selasa (12/5) pukul 10.00 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Juli 2020 sempat naik ke level tertinggi US$ 30,11 per barel sebelum akhirnya hanya mengaut 0,8%, atau 24 sen ke US$ 29,87 per barel. 

Setali tiga uang, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Juni 2020 di Nymex naik 1,6%, atau 38 sen, ke US$ 24,52 per barel, setelah sempat menyentuh tertinggi US$ 24,77 per barel. 

Baca Juga: Harga minyak menguat 1% setelah Arab Saudi tambah pemangkasan produksi 1 juta barel

Suntikan tenaga bagi harga minyak muncul setelah Arab Saudi mengatakan, pihaknya akan meminta Saudi Aramco untuk menambah pemangkasan produksi hingga 1 juta barel per hari (bph) pada Juni. Artinya di bulan depan, total pemangkasan produksi yang dilakukan Saudi Aramco mencapai 7,5 juta bph, turun hampir 40% dari produksi bulan April.

"Pengurangan dalam produksi ini memberikan posisi yang sangat baik untuk mendorong anggota OPEC+ lainnya guna mematuhi dan bahkan menawarkan pemotongan tambahan secara sukarela yang dapat mempercepat tindakan penyeimbangan kembali pasar minyak global," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp.

Selain Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait juga berkomitmen untuk memangkas produksi lebih lanjut dan berjanji untuk memangkas 180.000 barel per hari. 

Di sisi lain, pelonggaran penguncian akibat virus corona diharapkan dapat segara memicu pemulihan bertahap dalam permintaan bahan bakar dan diperkirakan akan mengurangi tekanan pada kapasitas penyimpanan minyak mentah.

Namun, adanya gelombang kedua dari virus corona termasuk di China dan Korea Selatan, membuat pasar waspada akan penguncian baru dan menghambat pemulihan permintaan.

"Data inventaris minggu ini akan menjadi kunci untuk memperpanjang reli harga minyak baru-baru ini, lanjur Innes. 

Baca Juga: Harga minyak ditutup melemah setelah kekhawatiran gelombang kedua corona merebak

"Mayoritas pandangan para investor adalah bahwa persediaan akan meningkat pada kecepatan yang lebih lambat tetapi masih tetap meningkat dan membatasi kenaikan harga minyak dalam jangka menengah," tambah dia. 

Persediaan minyak mentah AS kemungkinan naik sekitar 4,3 juta barel dalam sepekan hingga 8 Mei. Hal ini berdasarkan hasil jajak pendapat pendahuluan jelang laporan dari kelompok industri American Petroleum Institute pada Selasa (12/5) dan Energy Information Administration AS pada Rabu (13/5).

Sementara itu, enam analis yang disurvei memperkirakan bahwa cadangan bensin turun 2,3 juta barel, turun selama tiga minggu berturut-turut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×