kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga jagung masih tinggi, begini rekomendasi analis pada kinerja JPFA


Selasa, 12 Maret 2019 / 21:25 WIB
Harga jagung masih tinggi, begini rekomendasi analis pada kinerja JPFA


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga jagung yang menyentuh Rp 6.000 per kilogram (kg) dari harga eceran tertinggi Rp 4.000 per kilogram membebani industri pakan ternak. Salah satunya adalah PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Kendati begitu, analis optimistis kinerja JPFA masih dapat tumbuh tahun ini seiring penurunan harga jagung karena memasuki panen raya dan mendekati bulan ramadan dan lebaran. 

Penurunan harga jagung saat ini sudah terasa. Dimana di pasaran harga jagung pakan ternak turun dikisaran Rp Rp 5.009 per kg dari sebelumnya Rp 6.000 per kg. Penurunan harga jagung dan kenaikan harga anak ayam usia sehari (DOC) dan ayam broiler jelang lebaran bisa membawa katalis positif pada kinerja JPFA tahun ini.

Analis RHB Sekuritas Michael Wilson mengatakan, harga jagung yang tinggi akan mempengaruhi kinerja JPFA yang membuat margin keuntungannya bisa turun. Ia bilang, seharusnya hal ini tidak perlu terjadi bila Perum Bulog mampu menstabilkan harga jagung.

“Seharusnya Bulog menstabilkan suplai serta harga komoditas jagung di pasar. Tapi saat harga jagung naik, Bulog terlambat mengatur impor jagung sehingga marjin JPFA turun dan petani rugi," kata Michael kepada Kontan.co.id, Selasa (12/3).

Kendati demikian, Michael menilai bahwa kinerja JPFA masih bisa tertolong setelah Lebaran nanti. Karena ada suplai yang turut menggerek suplai anak ayam usia sehari atau DOC dan harga DOC sedikit turun.

"Kinerja masih tumbuh dan kita masih optimistis  dengan kinerja JPFA tahun ini. Meskipun harga jagung perlahan naik, harga broiler juga perlahan akan naik dan laba bersih JPFA bisa naik 20% (YoY)," ungkapnya.

Dia pun memperkirakan pendapatan JPFA tahun 2019 capai Rp 35,2 triliun dan laba bersih Rp 2,6 triliun.

Sementara Johanes Prasetia, analis BCA Sekuritas mengatakan, harga jagung yang tinggi tentu akan memberi dampak penurunan pada laba JPFA. Namun, Johanes melihat harga jagung lokal mulai turun 11% dari pertengahan Februari atau sebelum panen pada Maret sampai April 2019.

Menurutnya, biaya pakan yang lebih rendah yakni jagung, memberi katalis positif untuk bisnis pakan JPFA. Ini akan menurunkan biaya pembibitan dan pertanian pada kinerja JPFA kuartal I-2019.

"Dan sebelum lebaran diperkirakan harga DOC dan broiler naik. Pasokan DOC hanya berkurang pada semester I-2019 dan meningkat pada semester II-2019 karena kuota impor GPS lebih tinggi dari tahun 2016 dan 2017. Diproyeksi juga harga DOC naik 5% tahun ini dan kinerja JPFA tumbuh signifikan," tandas Johannes dalam risetnya 4 Maret 2019.

Johannes pun memperkirakan pendapatan JPFA tahun 2019 mencapai 37,39 triliun dan laba bersih sekitar Rp 2,63 triliun. Dia pun merekomendasikan beli saham JPFA dengan target harga Rp 3.100.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×