kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga emas masih tertekan, analis: Berpeluang naik tahun depan


Senin, 30 November 2020 / 20:03 WIB
Harga emas masih tertekan, analis: Berpeluang naik tahun depan
ILUSTRASI. Emas batangan. REUTERS/Leonhard Foeger/File Photo


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam mulia emas terus tertekan dalam beberapa waktu terakhir. Harga emas diprediksi baru akan bersinar di tahun depan. 

Business Manager Indosukses Futures Suluh Adil Wicaksono mengungkapkan, hingga akhir tahun tampaknya belum ada sentimen kuat untuk kembali mendongkrak harga emas. 

Menurut Suluh, penurunan harga emas dalam beberapa waktu terakhir sebagai dampak dari berita perkembangan vaksin. Isu bakal berakhirnya Covid-19 dengan kehadiran vaksin memicu pelaku pasar untuk beralih ke aset-aset berisiko. 

Hal tersebut terbukti dengan meningkatnya indeks saham Dow Jones hingga Tanah Air dalam beberapa waktu terakhir. 

"Memang ada vaksin euforia, dan ini menekan pertumbuhan emas spot secara year on year (yoy) dari sebelumnya tumbuh 37%, sekarang sudah di bawah 20%. Penyebab utamanya fundamental," kata Suluh kepada Kontan.co.id, Senin (30/11). 

Baca Juga: Harga emas siang ini di Pegadaian, Senin 30 November 2020

Ditambah lagi, rencana penggelontoran stimulus dari Amerika Serikat (AS) juga tak kunjung tiba. Padahal, Suluh meyakini kehadiran stimulus AS mampu jadi sentimen positif untuk mendorong kenaikan harga emas ke depan.  

"Sementara itu, katalis positif untuk harga emas belum ada, jadi ini yang jadi perhatian yang menyebabkan harga emas masih turun," ungkapnya. 

Di sisi lain, ada beberapa sentimen baru yang bisa menjadi katalis positif bagi pergerakan harga emas ke depan. Seperti kabar terbaru terkait perang dagang yang berlanjut. 

Dimana, AS kembali menetapkan tarif pada perusahaan minyak China. Harapannya, sentimen tersebut bisa menjadi penopang kenaikan kembali harga emas.

Secara teknikal, Suluh melihat penurunan harga emas sudah cukup awet dan sudah berlangsung dari awal November 2020. Sehingga, penurunan harga saat ini dianggap sebagai rekor penurunan terbanyak dalam waktu sebulan. Suluh memprediksi, emas spot masih ada peluang menuju level psikologis US$ 1.700 per ons troi, dengan level support US$ 1.662 per ons troi. 

"Kalau sudah sampai situ (level support) harusya harga enggak jatuh lagi. Meskipun kita enggak akan tahu bagaimana nasib pasar ke depan," ungkapnya. 

Kondisi tersebut juga berlaku pada pergerakan harga logam mulia seperti emas PT Aneka Tambang (Antam) yang hari ini (30/11) terparkir di kisaran Rp 942.000 per gram. Potensi terburuk, jika tekanan berlanjut harga emas bisa menyentuh support Rp 900.000 per gram. 

"Logam mulia masih akan tertekan, tapi saya yakin enggak akan ke Rp 800.000 per gram, karena artinya emas spot akan berada di US$ 1.600 per ons troi dan rupiah di bawah Rp 14.000 per dollar AS," jelasnya. 

Untuk menyikapi kondisi saat ini, Suluh menganjurkan investor memanfaatkan momentum saat ini untuk beli. Meskipun kecenderungannya masih akan tertekan, namun koreksi emas cenderung akan terbatas.

"Sentimen ke depan masih ada vaksin euforia, perang dagang dan menanti stimulus. Kemungkinan emas baru akan bersinar di tahun depan," tandasnya. 

Selanjutnya: Aksi Warren Buffett belakangan ini dinilai memberi signal kejatuhan pasar tahap kedua

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×