kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga aluminium tertekan perang dagang yang tak kunjung usai


Jumat, 05 Juli 2019 / 11:03 WIB
Harga aluminium tertekan perang dagang yang tak kunjung usai


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menekan harga logam industri sepanjang semester I-2019. Di sisi lain, analis juga memprediksi permintaan hingga akhir tahun masih akan lesu.

Berdasarkan data Bloomberg per Jumat (28/6), harga aluminium untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 2,49% ke level US$ 1.846 per metrik ton sepanjang semester I-2019.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menilai, tren harga komoditas logam industri sepanjang semester I-2019 cenderung terkoreksi. Penyebab utamanya masih karena sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Hal ini juga berlaku bagi aluminium yang saat ini masih menunjukkan tren harga bearish.  

"Semester I-2019, rata-rata komoditas logam indutri berguguran. Perang dagang telah menghambat pertumbuhan ekonomi global, sehingga China pun mengurangi impornya," ungkap Ibrahim kepada Kontan.co.id, Kamis (4/7).

Tak hanya China, beberapa negara lain juga turut menahan impor aluminium, seperti Eropa dan juga AS. Kondisi ini juga sejalan dengan kendornya kinerja manufaktur masing-masing negara.

Seiring dengan penurunan produk industri, permintaan aluminium juga turun. Akibatnya, saat supply berlimpah, permintaan justru tengah tertekan dan mengakibatkan harga aluminium turun. 

Di sisi lain, tarik ulur sentimen dagang membuat pelaku pasar ragu terhadap penyelesaian perang dagang antara AS dan China. Ini juga mengacu pada arah kebijakan bank sentral khususnya Federal Reserve (The Fed) yang kabarnya bakal memangkas suku bunga acuannya dan menggelontorkan stimulus. 

"Kalau The Fed benar memangkas suku bunga acuannya, ini jadi momentum bagi aluminium untuk naik. Artinya, akan ada banyak uang yang beredar di pasar, industri akan tumbuh, dan permintaan aluminium pun bisa kembali naik," paparnya.

Meskipun begitu, Ibrahim menilai tingkat ketidakpastian di pasar masih cukup tinggi, terkait komitmen AS dan China dalam menyelesaikan perang dagang, serta memastikan arah kebijakan The Fed. Untuk itu, dia merekomendasikan untuk wait and see terlebih dulu, dengan perkiraan harga aluminium berada di rentang US$ 1.700 per metrik ton hingga US$ 2.100 per metrik ton hingga tutup tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×