kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Faktor eksternal membayangi pergerakan rupiah hingga akhir tahun


Selasa, 23 Oktober 2018 / 20:12 WIB
Faktor eksternal membayangi pergerakan rupiah hingga akhir tahun
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Anna Maria Anggita Risang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minimnya sentimen positif dari dalam negeri menjadi salah satu faktor pelemahan mata uang garuda. Selasa (23/10), kurs spot rupiah melemah 0,032% ke Rp 15.192 per dollar Amerika Serikat. Kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rata (JISDOR) juga melemah 0,105% menjadi Rp 15.208 per US$.

Ekonom Bank Permata Joshua Pardede menyatakan pada Selasa (23/10) rupiah ditutup melemah tipis. Pada awal pembukaan pasar uang, rupiah dibuka menurun, namun setelah BI mengumumkan untuk mempertahankan suku bunga acuan, rupiah menguat meskipun pada akhirnya ditutup melemah tipis.

Jika dilihat tadi saat pembukaan rupiah melemah karena dipengaruhi oleh penguatan dollar, lalu kita lihat dalam dua hari terakhir, khususnya tadi malam rupiah cenderung menguat terhadap mata uang utama atau mata uang dunia karena dipengaruhi oleh pelemahan dari mata uang salah satunya euro.

Disentimeni dari pembicaraan Brexit yang masih deadlock dan juga dari Euro tertekan pasca downgrade rating Itali yang cenderung membuat dollar menguat.

Menurut Josua, rupiah Selasa masih stabil dan secara keseluruhan pelemahan rupiah ini masih stabil jika dibangingkan dengan tahun lalu yang cukup melemah.

Untuk Rabu (24/10), Josua memperkirakan rupiah akan menguat dan berada di rentang Rp 15.150-Rp 15.250 per dollar AS.

Menurutnya stabilnya rupiah didorong dari data nanti malam data dari US kurang lebih belum ada yang signifikan.

"Menurut saya masih terkena dari yang di Eropa ini terkait dengan Brexit dan perkembangan ekonomi Itali khususnya, yang mana credit rating yang turun yang cukup membayangi euro" tambah Josua.

Walaupun pada pembukaan mata uang euro dan poundsterling tadi menipis dan banyak sentimen negatif global lainnya, Josua tetap positif jika mata uang garuda akan menguat, selama tidak ada berita sentimen negatif yang tiba-tiba muncul.

Menurut Josua sepertinya pasar telah memperkirakan bahwa BI akan menahan suku bunga acuannya pada rapat dewan gubernur (RDG) bulan Oktober ini. Namun, BI kemungkinan akan kembali mengerek bunga acuan pada RDG November.

Suku bunga di November akan naik dengan ekspektasi bahwa The Fed masih cenderung menaikkan suku bunga di atas 5,75%.

"Saya pikir momentum yang tepat adalah misalkan tekanan rupiah masih berlanjut kemungkinan BI menaikkan suku bunga. Jadi mengantisipasi juga merespon data current account dan kenaikkan suku bunga the Fed di Desember," imbuhnya.

jika dilihat dari eksternal masih cukup kuat, misal perang dagang dan kenaikkan bunga Amerika. Namun jika dilihat dari kebijakan pemerintah dan BI, juga tadi RDG BI memperkirakan jika tahun depan bisa turun dibawah 2,5% defisit transaksi berjalan, sebenarnya justru memberi dorongan positif untuk rupiah. Apalagi November nanti BI akan menginplemntasikan domestik NDF harapannya dapat mendiversifikasi permintaan dollar domestik yang diharapkan meredam.

Hingga akhir tahun, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.000 - Rp 15.100 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×