kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dolar AS melonjak lalu tumbang, apa ada valas yang aman?


Senin, 30 Maret 2020 / 13:38 WIB
Dolar AS melonjak lalu tumbang, apa ada valas yang aman?
ILUSTRASI. Salah satu safe haven yang diuntungkan adalah dolar Amerika Serikat (AS) yang dua pekan lalu melesat.


Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor masih memburu safe haven di tengah kekhawatiran yang terus meningkat seiring dengan kenaikan korban akibat pandemi virus corona. Salah satu safe haven yang diuntungkan adalah dolar Amerika Serikat (AS) yang dua pekan lalu melesat.

Namun, stimulus tak terbatas yang digelontorkan oleh Federal Reserve berpotensi melemahkan dolar AS. Apakah the greenback masih akan tetap diburu?

Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia melesat naik pada sepekan yang berakhir 20 Maret lalu. Kenaikan mingguan indeks dolar ini merupakan kenaikan tertinggi sejak 2008. Indeks dolar berada di 102,82 pada Jumat (20/3).

Tapi, sepekan lalu, indeks dolar turun dengan laju yang paling dalam sejak 2009. Indeks dolar turun lagi ke 98,36 pada Jumat (27/3). Siang ini, indeks dolar berada di 98,68.

Baca Juga: Terus melemah, rupiah melorot 1,34% selepas tengah hari

Analis Global Kapital Investama Berjangka Alwy Assegaf mengatakan, pelemahan dolar AS saat ini membuat kans mata uang lain cenderung merata dan tak ada unggulan. Kepanikan pasar terhadap kondisi perekonomian global menjadi salah satu sebab.

Federal Reserve baru-baru ini telah berjanji mengeluarkan stimulus tak terbatas untuk membantu perekonomian AS. Kongres AS telah menyetujui untuk pemberian stimulus sebesar US$ 2 triliun pada Jumat (27/3). Sehingga menyebabkan peredaran dolar AS kian meningkat yang memicu pelemahan the greenback.

Tak berhenti di situ, pada Senin (30/3) The Fed kembali menawarkan stimulus sebesar US$ 3 triliun. “Ke depan, kemungkinan dolar AS akan ditinggalkan cukup lebar,” kata Alwy.

Baca Juga: Hingga tengah hari, harga emas spot masih turun di US$ 1.616,16 per ons troi

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, minat investor terhadap yen Jepang yang cukup besar masih menjadi pesaing kuat dolar AS. Apalagi, karakteristik yen Jepang sebagai mata uang safe haven belum terkikis. Faktor itu yang menyebabkan minat investor terhadap yen Jepang masih besar.

Meski demikian, minat investor dalam melirik mata uang Asia lainnya cenderung kurang. Sebab Sutopo melihat mata uang Asia masih tertekan. Sedangkan dolar Australia juga belum menunjukkan daya tariknya terhadap investor. Itu tak terlepas dari ketergantungan dolar Australia terhadap aktivitas industri dan ekonomi di China.

Dalam meredam kekhawatiran pasar akibat virus corona, pemerintah Australia telah mengeluarkan sejumlah stimulus. Reserve Bank of Australia (RBA) telah menggelontorkan A$ 3 triliun untuk membeli obligasi pemerintah pada Kamis (26/3).

RBA juga mengatakan akan membeli obligasi pemerintah di pasar sekunder untuk menjaga yield sebesar 0,25% tenor tiga tahun dengan jumlah tak terbatas. “Secara keseluruhan, Asia Pasifik memiliki masalah yang sama akibat virus corona yang menghantam aktivitas industri dan jasa,” kata Sutopo.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×