kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Di tengah tren pelemahan rupiah, prospek Astra masih menjanjikan


Rabu, 19 September 2018 / 19:08 WIB
Di tengah tren pelemahan rupiah, prospek Astra masih menjanjikan
ILUSTRASI. Ekspor Toyota Wigo ke Filipina


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dampak pelemahan rupiah dan kenaikan tarif PPh impor diprediksi tak akan mempengaruhi laju kinerja PT Astra International Tbk (ASII) di masa mendatang.

Pada semester I 2018, ASII membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 112,5 triliun. Pendapatan tersebut naik 15% dibandingkan dengan pendapatan perusahaan di sepanjang semester I-2017 yakni sebesar Rp 98,03 triliun.

Sementara itu, laba bersih perusahaan ini di sepanjang semester I-2018 mencapai Rp 10,38 triliun. Laba ini naik 11% dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 9,34 triliun.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta menyatakan, kinerja ASII di masa mendatang masih menjanjikan.

"Dampak pelemahan rupiah tidak terlalu berpengaruh bagi emiten sekelas ASII sebab mereka sudah melakukan antisipasi dengan melakukan mitigasi risiko lewat hedging sehingga ke depannya tidak akan membebankan emiten," jelasnya, Selasa (18/9).

Pendapatan serupa juga diungkapkan oleh analis Artha Sekuritas Indonesia Fredrik Rasali.

Fredrik juga bilang terkait pelemahan rupiah sudah diantisipasi oleh ASII lewat hedging.

"Saya juga melihat Astra lebih banyak ekspornya. Sebanyak 80% ekspor otomotif di bulan Agustus adalah dari Astra, jadi pelemahan rupiah seharusnya malah menjadi keuntungan bagi perusahaan tersebut. Ini khusus untuk divisi otomotifnya saja, belum lagi dari Astra Agro Lestari sebagai produsen CPO dan batubara tentunya ada porsi ekspor sehingga bisa menjadikan membantu meningkatkan kinerja emiten ke depannya," ungkap Fredrik.

Nafan kemudian melanjutkan bahwa kinerja penjualan ASII juga akan bertumbuh karena kemungkinan di akhir tahun nanti akan ada diskon terhadap kendaraan yang diproduksi perusahaan tersebut.

"Dengan adanya diskon akan menambah permintaan terhadap mobil-mobil yang dijual ASII sehingga tentu akan memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan," lanjutnya.

Selain itu, Nafan bilang, kebijakan pemerintah untuk menggenjot ekspor tentu akan memberikan katalis positif bagi ASII.

"Sebab ini bisa menjadi peluang yang menguntungkan bagi ASII di tengah pelemahan rupiah dan membantu pemerintah untuk meningkatkan cadangan devisa negara lewat peningkatan ekspor ke wilayah Asia Tenggara," imbuhnya.

Seakan melengkapi argumen Nafan, Fredrik menyatakan bahwa pasar otomotif di tahun ini sudah mulai membaik.

"Selain itu, prospek kinerja ASII masih cukup menarik terutama karena anak usahanya UNTR sedang berkembang cukup pesat dan eksposur ke mata uang dollar juga ada sehingga masih cukup kuat untuk topang kinerja ASII," lanjutnya.

Mengenai kenaikan tariff PPh impor, Nafan mengatakan bahwa dampaknya pun tak terlalu besar bagi ASII sebab perusahaan juga sudah bisa memproduksi kendaraan sendiri di dalam negeri.

"Dampaknya mungkin hanya untuk sejumlah suku cadang mobil tertentu yang masih didatangkan dari luar negeri. Atau misalkan mobil-mobil mewah seperti sedan yang memang masih diimpor dari luar negeri," tandasnya.

Dari sisi saham, ia merekomendasikan untuk membeli saham ASII dengan target harga di jangka panjang di level Rp 8.500 per saham.

Pada penutupan pasar hari ini (19/9), harga saham ASII naik 5,34% ke level Rp 7.400 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×