kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis batubara lesu gerus permintaan amonium nitrat, Ancora (OKAS) cari pasar baru


Senin, 17 Agustus 2020 / 15:08 WIB
Bisnis batubara lesu gerus permintaan amonium nitrat, Ancora (OKAS) cari pasar baru
ILUSTRASI. Permintaan bahan peledak amonium nitrat, yang dijual Ancora Indonesia Resources (OKAS) turun.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pandemi Covid-19 turut melemahkan harga batubara. Bahkan, produsen batubara yang tergabung dalam Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI)  berencana memotong produksinya sebesar 15%-20% di tahun ini.

Hal ini pun berdampak pula pada permintaan bahan peledak amonium nitrat, yang salah satunya dijual oleh PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) melalui entitas usahanya, yakni PT Multi Nitrotama Kimia (MNK).  Per kuartal pertama 2020, pendapatan yang berasal dari penjualan amonium nitrat (baik barang pabrikasi maupun barang dagangan) mencapai US$ 14,58 juta atau 51% dari total pendapatan OKAS yang mencapai US$ 28,57 juta.

Direktur Utama OKAS Rolaw P. Samosir  merinci, sebanyak 70% hingga 80% pelanggan MNK  merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara. Rolaw mengamini, dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini dan adanya imbauan untuk memangkas produksi batubara, tentunya akan berakibat langsung terhadap menurunnya permintaan amonium nitrat sebagai bahan peledak tambang.

Baca Juga: Ada Covid-19, proyek tambang emas Ancora Resources (OKAS) mundur ke kuartal II-2022

Sehingga, untuk mengurangi dampak penurunan permintaan tersebut, MNK akan berusaha terus mendapatkan pangsa pasar ammonium nitrat baru. “Sehingga, diharapkan nantinya kinerja Ancora Indonesia secara konsolidasi tidak terpengaruh signifikan dengan berkurangnya produksi batubara domestik,” ujar Rolaw kepada Kontan.co.id, Sabtu (15/8).

Sampai Juni 2020, volume penjualan amonium nitrat OKAS diperkirakan mencapai 52.000 ton. Rolaw memperkirakan, volume penjualan ammonium nitrat akan berkisar antara 110.000 ton sampai dengan 115.000 ton sampai akhir tahun 2020.

Adapun sampai dengan semester pertama  2020, serapan  belanja modal OKAS khususnya MNK sekitar  US$ 350.000. Penggunaan capex ini terutama untuk proyek blasting.

Pandemi Covid-19 juga berdampak pada pengerjaan proyek tambang emas milik OKAS.  Produksi tambang emas yang berlokasi di Lombok Barat tersebut meleset dari target, yang semula dijadwalkan pada kuartal III atau kuartal IV 2021. “Mundur ke kuartal kedua tahun 2022,” kata Rolaw.

Untuk diketahui, OKAS mengerjakan bisnis tambang emas melalui anak usahanya, PT Indotan Lombok Barat Bangkit (ILBB). ILBB juga sudah mendapatkan Izin Usaha Penambangan Operasi Produksi (IUP OP) dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Januari 2019, yang berlaku 20 tahun dan dapat diperpanjang 2x10 tahun.

Proyek ini pun sudah mengantongi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) untuk kegiatan operasi produksi dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 13 Desember 2019.

Ke depan, selain mencari pelanggan baru, OKAS juga akan berfokus pada efisiensi. Program efisiensi yang telah dilakukan saat ini dan terus akan dilakukan adalah dengan melakukan rightsizing di kedua anak usaha, baik di PT Bormindo Nusantara dan PT Multi Nitrotama Kimia (MNK). Selain itu ada juga perbaikan di proses produksi MNK yang tentunya menghasilkan penghematan pada biaya operasional MNK.

Baca Juga: Target bisnis emas OKAS mundur 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×