kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI rate naik, cermati perkembangan utang emiten berikut


Selasa, 05 Juni 2018 / 12:49 WIB
BI rate naik, cermati perkembangan utang emiten berikut
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia kembali memasuki tren suku bunga tinggi setelah Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan sebanyak dua kali sepanjang Mei. Pada akhir bulan lalu, Bank Sentral kembali menaikkan suku bunga acuan atau BI 7DRR sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%.

Kenaikan BI 7DRR cenderung menimbulkan kekhawatiran bagi emiten yang ingin melakukan ekspansi dan mencari sumber pendanaan tahun ini. Bagaimana tidak, kenaikan suku bunga acuan bakal mendorong bunga pinjaman lebih tinggi dan membebani perusahaan ke depan.

Corporate Secretary PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) Agus Samuel Kana mengatakan, emiten tengah mengkaji dampak dari kenaikan suku bunga acuan terhadap pembiaayan perusahaan pada tahun ini. Apalagi, PTPP baru saja menerbitkan obligasi senilai Rp 1,5 triliun untuk tujuan investasi, refinancing dan modal.

Untuk seri A, emiten pelat merah ini menawarkan kupon sebesar 8,25% bertenor 3 tahun, sedangkan kupon seri B sebesar 8,5% dengan tenor 5 tahun. "Bisa jadi (tahun ini tahan ekspansi), tapi bergantung dari hasil analisa kami," kata Agus kepada Kontan.co.id, Senin (4/6).

"Internal kami, secara total sudah bahas juga (dampak kenaikan BI 7DRR), termasuk kondisi dari project. Apakah memungkinkan atau enggak ke depan untuk dilaksanakan beberapa, atau diperpanjang. Ini masih dalam kajian dan belum selesai," ungkapnya.

Agus menyebutkan, hasil pengkajian dari dampak kenaikan BI 7DRR kemungkinan selesai usai Lebaran ini. PTPP juga masih enggan menerbitkan kembali obligasi tahun ini, sembari melihat peluang ke depan. "Ini yang ada dulu kami kaji, sampai betul-betul melihat seperti apa dampak Pilkada dan lain-lain, juga opportunity akan kami pelajari seperti apa," jelasnya.

Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana menyebut, jika emiten berencana menerbitkan utang baru maka berpeluang mendorong kenaikan debt equity ratio (DER). Namun, selama emiten tidak menambah utang secara agresif pada 2018, DER bisa terjaga.

Menurutnya, sektor yang perlu menjadi perhatian investor yaitu yang memiliki kecenderungan DER tinggi. Rata-rata berasal dari industri manufaktur, karena melakukan pembangunan pabrik, dan berkaitan dengan belanja modal atau capital expenditure (capex).

"Seperti batubara, yang meningkatkan produksi, diikuti minyak, manufaktur, consumer goods, komoditas dan telekomunikasi. Capexnya rata-rata lebih tinggi dua kali lipat dari sebelumnya," papar Aditya.

Emiten yang perlu perkembangan utangnya perlu dicermati, antara lain INKP dan SRIL.  Dari sektor transportasi seperti GIAA dan BIRD. Kemudian ERAA, INDF, ASII, MYOR, ANTM, CTRA dan ADRO, yang memiliki DER di bawah satu kali per kuartal I-2018.

"Sejalan dengan kenaikan industrinya, perbaikan penjualan mobil dan motor, konsumsi yang mengarah positif, serta kenaikan harga batubara, akan mendukung kenaikan harga saham emiten tersebut ke depan," prediksi Aditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×