kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BEI belum normalkan jam perdagangan dan ARB, IHSG tetap berpotensi menguat


Kamis, 03 September 2020 / 17:34 WIB
BEI belum normalkan jam perdagangan dan ARB, IHSG tetap berpotensi menguat
ILUSTRASI. BEI akan membuka kembali sesi transaksi perdagangan pra-pembukaan (pre-opening) mulai perdagangan Senin (7/9).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan di bursa saham tanah air secara perlahan kembali normal. Hari ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan rencana akan membuka kembali sesi transaksi perdagangan pra-pembukaan (pre-opening) mulai perdagangan Senin (7/9).

Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa BEI Laksono Widodo mengatakan, perbedaan dari pre-opening saat ini dengan sebelumnya adalah, pre-opening sebelumnya masih memberikan ruang untuk dua kali auto rejection (selama masa pre-opening dan sekali lagi saat jam perdagangan normal). Sementara pre-opening saat ini hanya memberikan ruang untuk satu kali auto rejection (selama masa pre-opening dan jam perdagangan).

Namun, Laksono menampik pemberlakuan satu kali auto rejection ini akan menurunkan daya tarik bursa sebagai wadah untuk berinvestasi. “Kalau dalam periode tertentu saya rasa masih bisa diterima. Dan buktinya perlahan transaksi harian dan indeks kita membaik,” ujar Laksono, Kamis (3/9).

Baca Juga: IHSG diproyeksi kembali melemah pada Jumat (4/9)

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, pemberlakuan kembali perdagangan pra-pembukaan (pre-opening) merupakan sesuatu hal yang positif bagi pasar modal. Hal ini setidaknya mengindikasikan perdagangan di Bursa yang perlahan mulai disesuaikan kembali.

Hanya saja, otoritas bursa belum mengembalikan jam perdagangan dan batasan auto rejection bawah (ARB) ke kondisi semula. Laksono beralasan, salah satu pertimbangan belum dikembalikannya jam perdagangan dan auto rejection ke mode normal adalah faktor pandemi Covid-19 yang berpotensi  menimbulkan tekanan dan fluktuasi di pasar modal ke depan.

Herditya menilai, keputusan ini sudah tepat, dimana pagebluk Covid-19 masih menjadi momok dan berpotensi dapat menekan bursa kembali. “Apalagi, masih ada potensi resesi yang juga mengancam berbagai negara termasuk Indonesia,” ujar Herditya kepada Kontan.co.id, Kamis (3/9).

Baca Juga: BEI kembalikan sesi pre-opening, jam perdagangan dan ARB belum berubah

Untuk diketahui, satu per satu negara-negara di dunia mulai masuk ke jurang resesi. Catatan Kontan.co.id, sudah ada 18 negara di dunia yang mengumumkan status resesi. Terakhir, Australia mengumumkan status resesi setelah perekonomian Negeri Kanguru tersebut terkontraksi 6,3% secara year-on-year (yoy).

Indonesia juga tidak terlepas dari jerat resesi. Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga 2020 akan cenderung masuk ke skenario batas bawah negatif. Dus, perekonomian Indonesia  akan memenuhi syarat resesi secara teknis, dimana perekonomian tumbuh negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

MNC Sekuritas sendiri memperkirakan hingga akhir tahun IHSG akan berada pada kisaran 5.300-5.400. Sementara untuk skenario optimis, target IHSG di akhir 2020 tidak akan jauh berbeda dari penutupan akhir 2019 lalu, yakni di level 6.299.

Baca Juga: Ini 7 emiten yang akan mencatatkan saham di BEI pekan depan

Pada perdagangan hari ini, IHSG ditutup melemah 0,59% ke level 5.280. Sejak awal tahun, IHSG masih terkoreksi 16,17%. Namun, dalam perdagangan tiga bulan, IHSG telah tumbuh dan menghijau sebesar 11,97%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×