kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asing mengobral saham blue chip


Rabu, 21 Maret 2018 / 12:43 WIB
Asing mengobral saham blue chip
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren bearish membayangi pasar saham domestik. Selama enam hari berturut-turut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 3,96% dan jatuh di 6.243,58.

IHSG terbebani koreksi saham dengan kapitalisasi pasar jumbo. Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), indeks LQ45 sudah minus 4,83%, jauh melampaui IHSG yang turun 1,76%.

Kinerja sejumlah saham blue chips, seperti TLKM, ASII, HMSP dan UNVR, terpuruk. Keempat saham itu masuk dalam daftar 10 besar saham LQ45 yang anjlok paling dalam.

Mengacu data RTI, pada transaksi Selasa (20/3), asing mencetak net sell di TLKM sebesar Rp 394,7 miliar. Lalu net sell asing di BBCA mencapai Rp 106,6 miliar dan di BMRI Rp 91,2 miliar.

TLKM sudah jadi sasaran net sell asing dalam sepekan terakhir. Net sell di TLKM sepekan terakhir Rp 921,0 miliar, disusul ASII Rp 602,3 miliar, BBRI Rp 518,7 miliar, BMRI Rp 442,5 miliar dan UNTR senilai Rp 391,6 miliar.

Cash is the king

Vice President Research and Analyst Valbury Sekuritas Indonesia Nico Omer Jonckheere berpendapat, asing sejatinya tidak sepenuhnya keluar dari pasar finansial Indonesia. Sebab, saat ini Wall Street juga melemah. Asing masih wait and see, sembari memegang cash. Dalam situasi ini memang cash is the king, uang kas adalah raja.

Asing juga menahan diri di pasar obligasi. "Yield naik, ini tanda asing juga keluar dari pasar obligasi," tutur Nico.

Investor asing diduga sedang menyesuaikan ulang portofolio mereka. "Sebenarnya asing sedang merealisasikan keuntungan," kata Samsul Hidayat, Direktur Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tren bearish pada indeks masih bisa berlanjut. Saat ini, support terdekat IHSG di level 6.230. Jika level ini ditembus, support selanjutnya adalah 6.160, 6.080 dan 6.000.

Target minimum dari koreksi IHSG adalah 5.500. Batas support ini terhubung dengan penurunan bursa tahun 2008. "Sekarang masih jauh, ini jangka menengah untuk beberapa bulan ke depan. Saya tidak bilang hari ini," kata Nico.

Koreksi IHSG dipicu banyak faktor. Pemantik paling kuat adalah rencana kenaikan bunga acuan The Fed. Gejala pelemahan ekonomi global juga masih terasa. "Ini terlihat di data ekonomi belakangan ini yang melemah. Paling mencolok adalah di Korea Selatan, yang ekspornya turun paling tajam selama 25 tahun terakhir," ujar Nico.

Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia Bertoni Rio menilai, sejumlah saham big caps sudah jenuh beli. Akhirnya saham terkoreksi, memanfaatkan sentimen negatif pasar global dan pelemahan rupiah. Sejatinya, "IHSG masih berpotensi naik, termasuk juga indeks LQ45," kata dia.

Saat seperti ini, pelaku pasar perlu berhati-hati. Saham lapis kedua atau second liner juga tidak menjamin. "Second liner untuk trading jangka pendek," kata Bertoni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×