kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Untuk saat ini instrumen safe haven menarik


Jumat, 10 Mei 2019 / 19:52 WIB
Analis: Untuk saat ini instrumen safe haven menarik


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk menaikkan bea impor barang untuk produk China sebanyak 25%, banyaknya investor lari dari pasar keuangan dan mencari safe haven untuk mengumakan investasinya.

Hal ini juga tercermin di pasar Tanah Air, di mana investor asing mencatatkan net sell sebanyak Rp 897,66 miliar. Untungnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu ditutup menguat tipis 0,16% ke level 6.209, 11 pada penutupan perdagangan Jumat (10/5).

Analis Global Kapital Investama Berjangka Alwi Assegaf mengatakan, saat kondisi seperti ini biasanya beberapa instrumen investasi menjadi pilihan investor sebagai safe haven. Pilihannya bisa berupa Yen, Swissfrench atau Treasury AS, namun pilihan terbanyaknya ada di emas.

"Emas menarik, karena kalau kita lihat beberapa bulan terakhir harganya sudah jatuh ke level terendah. Di tengah pelarian aset risiko ke safe haven, emas cenderung jadi pilihan," kata Alwi kepada Kontan, Jumat (10/5).

Untuk itu, di tengah kondisi tekanan global saat ini, Alwi cenerung merekomendasikan emas sebagai pilihan safe haven. Terlebih, jika keputusan Trump tersebut akan memberikan imbas lebih lanjut terhadap prospek pertumbuhan ekonomi global.

Apalagi, berdasarkan data Gold World Council (GWC) di tahun lalu, jumlah permintaan emas cukup tinggi. Sedangkan dari sisi harga, saat ini emas sudah menyentuh level bottom. Berdasarkan data Bloomberg Jumat (10/5) pukul 19:01 WIB harga emas berada di level US$ 1.286 per ons troi atau naik 0,11%.

Adapun sebagai pilihan kedua safe haven saat ini, Alwi merekomendasikan treasury AS, lantaran bank sentralnya atau The Fed merupakan bank sentral yang paling hawkish saat ini. Meskipun diakui, untuk tahun ini The Fed masih menahan rencananya untuk menaikkan suku bunga acuan.

"Imbal hasil dari treasury AS saat ini menjadi salah satu yang menjanjikan. Apalagi, sepanjang sejarah obligasi AS bisa dikatakan tidak pernah mengalami default, sehingga kredibilitasnya pun terjamin," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×