kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Isu merger ISAT bukan dari manajemen, investor harus waspada


Selasa, 23 Oktober 2018 / 07:16 WIB
Analis: Isu merger ISAT bukan dari manajemen, investor harus waspada
ILUSTRASI. Dirut baru Indosat Ooredoo, Chris Kanter (kanan) bersama mantan Dirut Indosat Joy Wahjudi


Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham PT Indosat Tbk (ISAT) semakin menarik dicermati. Pada Senin (22/10) kemarin, misalnya, saham ISAT melaju kencang dan ditutup dengan kenaikan 5,97% atau setara 160 poin menjadi Rp 2.840. Isu merger ISAT menjadi salah satu pemicunya.

Kendati begitu, analis BCA Sekuritas Achmad Yaki menyarankan agar investor waspada. Dia menilai, isu merger datang bukan dari manajemen. "Jika hanya untuk trading bukan investasi atau menabung saham silakan saja, karena secara fundamental jika melihat kinerjanya masih lebih bagus TLKM dan EXCL dibandingkan ISAT," kata Achmad, Senin (22/10).

Menurutnya, bisnis perusahaan seluler masih prospektif meski kalau melihat average revenue per user (ARPU) cenderung flat dan data yield pertumbuhannya masih kurang maksimal seiring masih banyak penjualan staterpack perdana baru yang dibundling dengan kuota ataupun bundling kuota dengan merk smartphone tertentu.

Achmad Yaki merekomendasikan sell on strength untuk saham ISAT dengan target harga Rp 3.000-Rp 3.150.

Sementara itu, Mino, analis Indo Premier Sekuritas mengatakan isu tersebut memiliki dampak yang sejauh ini positif, di mana sudah tiga hari terakhir saham ISAT naik. "Tapi kalau ternyata tidak benar ya kemungkinan sahamnya akan kembali turun," kata Mino, Senin (22/10).

Menurutnya, saat ini kondisi bisnis seluler masih seputar persaingan harga produk yang ditawarkan, terutama untuk saat ini paket data. Beberapa sentimen yang menghambat kinerja emiten yaitu kondisi pasca registrasi kartu prabayar yang belum sepenuhnya pulih setelah mengalami penurunan jumlah pelanggan seluler.

Sementara, sentimen yang akan mendorong bisnis seluler adalah pelanggan seluler yang cenderung akan lebih loyal ke depanya karena tidak mudah untuk berganti simcard. "Kalau untuk masuk saham ISAT sekarang agak riskan, karena belum ada kepastian aksi merger itu benar-benar terjadi atau tidak," kata Mino.

Mino merekomendasikan sell on strength saham ISAT dengan target harga Rp 3.240. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×