kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Adrian Panggabean: Di kondisi krisis, forecast tidak bisa dengan cara biasa


Selasa, 28 April 2020 / 06:38 WIB
Adrian Panggabean: Di kondisi krisis, forecast tidak bisa dengan cara biasa
ILUSTRASI. Diskusi bersama?Chief Economist bank CIMB Niaga Adrian Panggabean di Jakarta (28/11/2018).


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menebak arah pasar dalam kondisi wabah seperti sekarang ini adalah tantangan besar. Ada begitu banyak ketidakpastian yang terjadi di seluruh dunia. Mulai dari polarisasi yang terjadi di berbagai belahan dunia sampai absennya pemimpin dunia saat ini. 

Berikut ini wawancara Kontan dengan Adrian Panggabean Chief Economist Bank CIMB Niaga Tbk untuk membahas forecast mengenai kondisi ekonomi di tahun ini.

Apa bedanya krisis sekarang ini dengan krisis-krisis sebelumnya?

Kalau kita lihat di tahun 1945 waktu terjadi global crisis itu yang muncul dari depresi itu kan memunculkan global solution dalam bentuk multinational institution

IMF itu mulainya di situ, di tahun 1945. Multinational Institution itu adalah ini adalah  institusi-institusi pasca  Perang Dunia ke-2.  Muncul arsitektur baru, enggak bisa lagi nih namanya competitive devaluation yang kemudian menyebabkan perang itu. Nah itu IMF sama World Bank kan munculnya di situ. Terus kemudian global arsitektur yang baru UNDP, Ecosoc segala macam. 

Lalu krisis tahun 1998 itu kan itu kan epicenter-nya kan di Asia. Kalau kita lihat itu prosesnya itu mulai dari 1997-1998 itu. Krisis itu kan hampir 2 tahun setiap negara mengurusi diri sendiri, karena hampir semua negara juga punya masalah politik. 

Yang paling besar kan Indonesia. Tapi walaupun dengan berbagai masalah politik di dalam negeri, akhirnya diselesaikan. Tapi sampai dengan 2000 atau 2001 itu kan sebetulnya kondisi Asia itu enggak stabil karena  satu dan lain hal ya. Baik exchange rate-nya maupun karena apa segala macamnya. 

Jadi kalau kita ingat itu tahun 2000-2001 itu kan mulai muncul misalnya ide inisiatif Asian Monetary Fund untuk mengimbangi IMF. Terus kemudian muncul namanya bilateral swop agreement Chiang Mai Initiative. Lalu kemudian penguatan berbagai macam inisiatif regional. Bahkan konstelasi di Asian Development. 

Terus banyak lagi  kerjasama-kerjasama sampai kemudian muncul lagi koordinasi ASEAN+3. Dulu kan munculnya dari situ. Nah itu kan sebenarnya adalah regional solution, Asian Solution. Nah baru setelah itu muncul Asian Solution itu baru tahun 2001, Asia berkembang cepat sekali. Nah jadi ada regional solution terhadap regional problem.

Sementara kalau kita lihat krisis di tahun 2008 epicenter-nya kan Trans-Atlantic, Amerika Serikat dan Eropa. Jadi jebolnya karena housing di Amerika Serikat tapi banyak yang punya exposure di Eropa misalnya di Irlandia, Iceland.

Rontoknya Amerika itu menyebabkan rontoknya Eropa juga. Nah solusi global yang muncul di situ misalnya Dodd-Frank Act, ada juga kerjasama Troika, kerjasama IMF, European Centre Bank dan European Union itu kan regional solution at the Europe level. Ada juga kan FATCA (Foreign Account Tax Compliance Act)  untuk Trans Atlantic. 

Solusi itu kemudian menyebabkan perubahan dalam tatanan global.  IFRS 9 misalnya yang tahun ini sudah mulai dipakai itu. Itu kan sebenarnya benih-benihnya dari sana kan, bahwa untuk valuation dari ini harus mark to market. Itu kan munculnya dari sana, dari krisis 2008. 

Nah jadi sekarang ini kan di tahun 2020, tapi krisis tahun 1998, 2008 itu kan  kalau kita lihat polarisasi enggak kayak sekarang. Di tahun 1998 itu polarisasi malah hilang karena tahun 1992 kan Uni Soviet runtuh, jadi tadinya dari bipolar world menjadi unipolar Amerika Serikat, jadi polarisasi itu enggak ada. Nah tahun 2008 situasi polarisasi politik itu kan enggak kayak sekarang.

Nah sekarang ini berat ya karena segala macam polarisasi gampang sekali kita lihat, misalnya antara negara maju dan berkembang, antara OPEC dan non OPEC sampai kemudian harga minyaknya hancur kayak begini. Kemudian polarisasi karena agama, polarisasi di dalam negeri karena Trump sendiri, Republican dan Democrat. 

Jadi apa yang terjadi di Indonesia, itu juga sama terjadi di Eropa antara left wing dengan right wing, antara liberalisme dan conservativism, jadi polarisasi setiap facet dari kehidupan sosial, politik, maupun agama. Nah ini adalah satu kondisi yang susah, susah untuk terjadinya konsensus. Ya karena masing-masing sudah punya pandangan. 

Amerika Serikat itu absen sekarang. Dia absen, ini statement dari  hampir semua analis geopolitik

Misalnya masalah imigrasi. Orang yang konservatif misalnya di sebelah kanan bilang ini nih imigrasi gara-gara orang  sosialis. Ini yang berpandangan agak sosialis kalau di Amerika kan namanya Demokrat, kalau di Inggris kan namanya Labor, kalau di Eropa kan namanya Social Democrat. 




TERBARU

[X]
×