kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada pengendali baru, ini rencana ekspansi Nusantara Infrastucture (META)


Selasa, 27 November 2018 / 21:50 WIB
Ada pengendali baru, ini rencana ekspansi Nusantara Infrastucture (META)
ILUSTRASI. PT Nusantara Infrastructure Tbk (META)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) semakin gencar melakukan ekspansi bisnis setelah dikendalikan dua pemegang saham baru yakni PT Metro Pasific Tollway Indonesia (MPTI) dan Indonesia Infrastructure Finance (IIF). Perusahaan ini akan fokus di tiga sektor bisnis yakni jalan tol, pengolahan air bersih, dan energi, setelah resmi melepas bisnis telekomunikasi.

MATA akan fokus di tiga sektor tersebut karena memiliki prospek sangat menjanjikan di masa mendatang. META akan terus menambah konsesi baru di sektor -sektor.

Danni Hasan, Direktur META mengatakan, pihaknya mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) di atas Rp 3 triliun untuk ekspansi. META belum bisa memastikan total capex yang dibutuhkan karena sejumlah rencana investasinya masih dalam proses mendapatkan perizinan.

Di sektor jalan tol, META sedang menunggu izin prinsip untuk pembangunan tol akses Makassar New Port sekitar 2 kilometer (km). Proyek ini merupakan penugasan pemerintah kepada perusahaan dan nantinya akan disambungkan ke jalan tol yang sudah mereka kelola di Makassar saat ini.

Selain itu, META juga tengah menunggu izin prinsip pembangunan jalan tol Cikunir—Ulujami sepanjang 36,50 km dengan perkiraan biaya investasi Rp 22,5 triliun. Proyek bagian dari Jaringan Jakarta Outer Ring Road (JORR) 3 ini merupakan prakarsa META dengan PT Triputra Utama Selaras, PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT Acset Indonusa Tbk (ACST).

Dalam konsorsium prakarsa tersebut, META mengemban porsi mayoritas yakni 65% dan disusul Triputra 20%. Selebihnya dimiliki ADHI dan ACST. Izin prinsip tol ini ditargetkan bisa diperoleh tahun ini sehingga tahun depan sudah bisa masuk proses tender.

Di samping itu, perusahaan juga membidik tol Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) dan Tol Makassar- Marros. Kedua tol itu akan diprakarsai oleh META lewat konsorsium.

"Saat ini kita masih study utuk proyek tol-tol tersebut. Untuk akses Makassar New Port juga masih menunggu izin prinsip. Sehingga kami belum bisa menyampaikan total capex tahun depan. Namun di luar jalan tol tersebut, capex tahun depan sekitar Rp 3 triliun untuk melnajutkan pembangunan Tol Pettarani dan ekspansi air." kata Danni di Jakarta, Selasa (27/3).

Direktur Utama META Ramdani Basri mengatakan, dalam membidik konsesi jalan tol, pihaknya tidak akan fokus pada panjang lintasan tetapi akan fokus pada potensi lalu lintas harian yang bisa didulang di masa mendatang. Saat ini, META tercatat baru memiliki konsesi 40 km di Makasar dan Tangerang.

Oleh karena itu, dalam mengincar atau menginisiasi satu proyek. META lebih senang dengan rute yang pendek namun memiliki akses melayani satu komunitas masyarakat yang besar. "Kami hanya ingin bagaimana akses dari perumahan-peruamahn yang bsra bisa kita serap seperti di BSD." kata Ramdani.

Di bisnis pengolahan air bersih, META berencana menambah kapasitas sekitar 300 liter per detik. Saat ini, perusahaan ini lewat anak usahanya PT Potum Mundi Infranusantara telah memiliki tiga pengolahan air bersih di Tangerang dan Medan dengan kapasitas 1.677 liter per detik.

Potum saat ini aktif berpartisipasi dalam lelang proyek-proyek yang sedang diluncurkan pemerintah baik dalam skema business to business maupun kerjasama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU). Salah satunya adalah proyek SPAM Gresik dengan kapasitas 1.000 liter per detik dan proyek SPAM Subang berkapasitas 750 liter per detik. "Di proyek-proyek tersebut, Potum bermitra dengan beberpa perusahaan BUMN konstruksi," kata Danni.

Di sektor energi, META akan fokus melakukan ekspansi di pembangkit listrik energi terbarukan. Saat ini, perusahaan sudah memiliki konsesi di Pembangkit Listrik Biomassa (PLTBM) Siantan, Kalimatan Barat dengan kapasitas 15 megawatt (MW) dan PLTA Lau Gunung berkapasitas 15 MW.

Untuk mendanai ekspansinya ke depan, META akan menjajaki beberapa alternatif. Ramdani bilang, rasio utang terhadap ekuitas saat ini sangat rendah sehingga ruang untuk menambah utang masih besar. Belanja modal perusahaan ke depan bisa didanai dari kas internal, pinjaman bank, rights issue. "Kami sudah dapat persetujuan dari RUPS bisa mengundang investor masih sekitar 10%," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×