kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yield dividen besar, belum tentu saham kinclong


Senin, 20 April 2015 / 21:45 WIB
Yield dividen besar, belum tentu saham kinclong
ILUSTRASI. Hakim Konstitusi Anwar Usman memberikan keterangan pers di Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Rabu (8/11/2023). Anwar Usman menyatakan dirinya pantang menyerah sebagai Hakim Konstitusi usai statusnya diberhentikan dari Ketua MK oleh Majelis Kehormatan MK (MKMK) Jimly Asshiddiqie. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/Spt.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Musim pembagian dividen telah tiba. Para investor saham tentu sedang menantikan keuntungan dari kinerja emiten sepanjang tahun 2014 dengan berharap memperoleh yield dividen yang memuaskan.

Maklum, yield dividen termasuk salah satu parameter menilai pergerakan harga sebuah saham. Semakin besar yield dividen yang dibagi maka harga saham emiten tersebut akan cenderung naik.

Dari 15 emiten yang telah telah mengitung dan mengumumkan porsi dividen yang akan dibagikan terhadap pemegang saham, ada beberapa yang memberikan yield dividen di atas tiga persen. Yield Dividen terbesar diberikan oleh PT Astra Grafika Tbk (ASGR) yakni mencapai 3.6%, lalu diikuti PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebesar 3,22%, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) 3,18% dan terakhir PT Astra Agro Lestari (ASGR) dengan yield dividen 3.18%.

ASGR, PTBA dan PGAS memang mencatatkan kinerja yang positif sepanjang tahun 2014 dengan membukukan pertumbuhan laba bersih. Hanya saja bebeda dengan PGAS, meski yield dividennya besar namun laba bersihnya tahun 2014 turun 10,5%.

David Nathanael, Analis First Asia Capital mengatakan nilai yield dividen memang berpengaruh terhadap prospek harga saham emiten karena semakin besar deviden yang diberikan maka harga saham sebuah emiten akan semakin mahal.

Namun, David menilai dampaknya hanya bersifat musiman atau seasonal saja karena faktor utama penggerak harga sebuh saham lebih adalah fundemnetal atau kinerja perusahaan. “Jika payout dividen ratio (PDR) kecil namun kinerja emiten bagus maka harga sahamnnya akan terus naik. “ kata David pada KONTAN, Senin (20/4).

David menjelaskan, emiten yang menurunkan porsi deviden karena mempergunakan laba ditahan untuk melakukan ekspansi maka prospek perusahaan tersebut akan semakin bagus. Jika prospek perusahaannya bagus maka harganya sahamnnya juga akan cenderung naik.

Sementara emiten yang memberikan yield deviden yang besar namun tidak melakukan ekspansi maka prospek sahamnya tidak akan cerah walaupun mungkin mengalami kenaikan saat musim pembagian dividen. Selain itu dicermati adalah emiten-emiten yang PDRnya kecil karena kinerjanya yang melambat. “Jadi pembagian dividen harus tetap dilihat alasan dibalik pembagiannya," kata David..

Satrio Utomo, analis Universal Broker Indonesia mengatakan yield dividen berpengaruh terhadap harga saham sebuah emiten. Semakin tinggi yield dividen maka harga saham akan semakin mahal. Namun, yield yang tinggi bukan satau-satunya jaminan harga saham akan terus bergerak naik. Sebab jika yield dividen naik karena mengurangi porsi ekspansi menghentikan ekspansi maka harga saham tersebut tidak akan bergerak naik.

Meski yield deviden yang besar berdampak pada kenaikan harga saham, namun itu bukan kunci utam penentu penggerak harga saham. Menurutnya tak masalah dividen turun asalkan digunakan untuk ekspansi. Dengan ekspansi maka kinerjanya akan bertumbuh dan prospek sahamnya juga akan cerah."Tapi ini hanya berlaku bagi perusahaan yang konsisiten membagikan dividen," Tandas Satrio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×