kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

WIKA incar kontrak baru Rp 52,2 triliun


Selasa, 12 Januari 2016 / 07:06 WIB
WIKA incar kontrak baru Rp 52,2 triliun


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menargetkan kontrak baru Rp 52,2 triliun tahun ini. Target kontrak ini tumbuh 106,6% dibandingkan dengan target perolehan kontrak baru tahun lalu, yakni Rp 25,3 triliun.

Suradi Wongso, Sekretaris Perusahaan WIKA, mengungkapkan, pertumbuhan target kontrak baru ini seiring kehadiran high speed rail (HSR) atau kereta api cepat Jakarta-Bandung.

Proyek HSR senilai US$ 5,5 miliar ditargetkan akan groundbreaking pada 21 Januari. "Kami menargetkan, kontrak baru dari HSR Rp 17 triliun," kata Suradi, Senin (11/1).

Dengan tambahan kontrak carry over tahun lalu Rp 33 triliun, WIKA akan mencatat total kontrak yang akan digarap alias order book mencapai Rp 86 triliun. Emiten konstruksi pelat merah ini juga mengincar kontrak baru dari proyek pembangkit listrik senilai Rp 4,5 triliun, jalan tol Rp 3,9 triliun dan proyek luar negeri Rp 2 triliun.

WIKA mengincar tiga proyek pembangkit listrik yakni Jawa V, Jawa II dan PLTU Melabung Aceh 2x200 MW. "Dari PLTU Melabung, kami hanya mengincar sekitar 10%," kata Suradi.

Wijaya Karya membidik Rp 33,3 triliun atau 63,2% target kontrak baru berasal dari proyek swasta. Sedangkan target dari proyek pemerintah Rp 10,8 triliun dan proyek BUMN Rp 8 triliun.

Dengan berbagai kontrak tersebut WIKA berharap, bisa mengantongi penjualan Rp 26,5 triliun dengan laba bersih Rp 750 miliar. Target penjualan ini naik 23,61% ketimbang tahun lalu, sebesar Rp 21,43 triliun. WIKA menganggarkan belanja modal Rp 10,6 triliun.

Sekitar Rp 4,6 triliun belanja modal merupakan kas internal. Hitungan belanja modal ini dengan asumsi ada penyertaan modal negara (PMN) Rp 4 triliun. Jika tidak mendapat PMN, Wijaya Karya hanya akan menganggarkan belanja modal Rp 4,7 triliun.

Sebesar Rp 1,7 triliun berasal dari kas internal dan selebihnya dari pendanaan eksternal. "Bisa dari pinjaman bank, MTN, atau obligasi tergantung kondisi pasar," kata Suradi. Perseroan ini akan menggunakan belanja modal untuk pengembangan usaha.

"Kami akan menambah modal Wika Gedung Rp 200 miliar dan untuk menambah modal proyek HSR Rp 800 miliar," tambah Suradi.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri, menilai, target kontrak baru WIKA ini masih wajar dan kemungkinan bisa tercapai. Pasalnya, proyek pemerintah mulai berjalan dan proyek HSR sudah mendapat pendanaan China Development Bank.

Dengan kedua faktor tersebut, WIKA dapat dengan mudah memperoleh kontrak baru. Tidak seperti tahun lalu, saat WIKA hanya mengantongi kontrak baru Rp 25,3 triliun atau 80% dari target. "Tahun lalu proyek pemerintah baru masuk Agustus, sehingga wajar pencapaiannya jelek," kata Hans.

Menurutnya, proyek HSR akan membawa dampak positif bagi WIKA. Kehadiran proyek HSR akan memicu investor lain mengembangkan proyek serupa di wilayah lain.

"Biasanya memulai pertama itu yang susah dan banyak isu-isu menyertainya," lanjut Hans.

Dia memperkirakan, tahun ini WIKA bisa menorehkan pertumbuhan kinerja antara 25%-30%. Pertumbuhan saham emiten konstruksi ini hanya akan naik 15%-20%. Sebab, harganya sudah tergolong premium.

Hans merekomendasikan beli saham WIKA dengan target Rp 3.800 per saham. Kemarin, saham WIKA ditutup turun 0,87% menjadi Rp 2.835 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×