kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45982,64   -7,73   -0.78%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Wall Street mixed pasca rilis Beige Book Fed


Kamis, 08 September 2016 / 06:01 WIB
Wall Street mixed pasca rilis Beige Book Fed


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

NEW YORK. Bursa AS ditutup dengan wajah beragam pada transaksi perdagangan Rabu (7/9). Data yang dihimpun CNBC menunjukkan, pada pukul 16.00 waktu New York, indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,06% menjadi 18.526,14. Saham Wal Mart mencatatkan penurunan terbesar. Sedangkan saham Caterpillar menjadi saham dengan kenaikan tertinggi.

Di sisi lain, indeks S&P 500 turun 0,02% menjadi 2.186,15. Sektor barang konsumen mencatatkan penurunan terbesar. Sebaliknya, sektor energi berhasil toreh kenaikan tertinggi.

Adapun indeks Nasdaq naik 0,15% menjadi 5.283,93.

Terdapat sekitar sembilan saham yang naik untuk setiap lima saham yang turun di New York Stock Exchange. Volume transaksi perdagangan semalam melibatkan 813,51 juta saham.

Pergerakan beragam sejumlah indeks acuan AS terjadi setelah The Federal Reserve merilis Beige Book.

"Ini rasanya seperti masa tenang sebelum datangnya badai menjelang pertemuan The Fed berikutnya. Pelaku pasar mulai membicarakan hal tersebut," jelas Mike Bailey, director of research FBB Capital Partners.

Beige Book merupakan indikator penting bagi perekonomian AS. Bahkan dapat dikatakan Beige Book merupakan alat utama bagi The Fed dalam memutuskan kebijakan penting.

Nah, dalam Beige Book yang dirilis Rabu (7/9), The Federal Reserve menyatakan, perekonomian AS tumbuh moderat pada Juli dan Agustus. Sementara, ada sedikit pertanda, tekanan gaji dirasakan oleh tenaga kerja ahli.

Dalam laporan yang tertuang di Beige Book, The Fed juga melihat, mayoritas dari 12 cabang bank sentral di AS melaporkan adanya tekanan terhadap tingkat upah meski tipis. Diprediksi, tekanan tersebut akan tetap berlangsung dalam beberapa bulan ke depan.

Minimnya tekanan dari sisi upah sudah menjadi senjata The Fed untuk mengerek suku bunga acuannya. Laporan ini juga berkaitan dengan data yang diirlis sebelumnya di mana lapangan kerja menembus level rekor pada Juli. Hanya saja, para pengusaha kesulitan mendapatkan pekerja terampil yang sesuai dengan posisi yang ada.

Sementara itu, secara keseluruhan, kenaikan harga barang masih terbilang tipis dan tingkat belanja konsumen tak banyak mencatatkan perubahan di mayoritas negara bagian.

The Fed mengungkapkan, tingkat inflasi masih berada di bawah target 2% yang dicanangkan The Fed dalam empat tahun terakhir. Para penentu kebijakan enggan mengerek suku bunga hingga terlihat adanya kenaikan inflasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×