Walau disiplin menabung, bisa tetap ikut arisan

Jumat, 07 Oktober 2016 | 17:27 WIB   Reporter: Francisca Bertha Vistika
Walau disiplin menabung, bisa tetap ikut arisan


Bukan cuma satu atau dua, tapi empat arisan sekaligus yang Olivia Panggabean ikuti. Perinciannya: satu arisan keluarga, satu arisan lingkungan rumah, dan dua lagi arisan di sekolah anak.

Jelas, pengeluaran bulanan perempuan 40 tahun ini untuk arisan enggak sedikit. Setorannya beragam, mulai Rp 150.000 hingga Rp 400.000 sebulan.

Total saban bulan ia mesti merogoh kocek Rp 950.000. Sekali dapat arisan, Olivia bisa membawa pulang paling sedikit Rp 1,5 juta dan paling banyak Rp 4 juta.

Cuma, tujuan utama dia ikut banyak arisan adalah untuk menjaga eksistensi pergaulan. “Juga temu kangen dengan keluarga. Walaupun, tingkat kehadiran saya biasanya hanya satu kali per putaran yaitu pada saat saya dapat,” kata karyawan swasta sebuah perusahaan di Jakarta ini.

Betul, Tejasari, independent financial planner Tatadana Consulting, bilang, tujuan utama arisan ialah lebih kepada kegiatan sosial. Juga, Budi Rahardjo, perencana keuangan OneShildt Financial Planning, menambahkan, untuk menjalin benang silahturahmi.

Namun, bukan berarti arisan tidak menguntungkan secara finansial, lo. Dari sisi finansial, arisan bisa dijadikan alat paksa bagi seseorang untuk menabung.

Tabungan semacam ini mungkin cocok bagi yang betul-betul mengalami kesulitan dalam disiplin menabung. Memang, menurut Budi, arisan lebih mirip menabung.

Meski begitu, buat yang tidak punya masalah disiplin menabung, enggak ada salahnya ikut arisan. “Selain menambah tabungan lainnya, itu tadi, juga untuk meningkatkan tali silahturahmi dengan teman, tetangga, atau saudara,” ungkapnya.

Kelebihan lainnya, jika ada anggota yang memerlukan dana, misalnya, untuk keperluan sekolah anak, biasanya anggota yang mendapat arisan berkenan memberikannya kepada  yang lebih membutuhkan. Ini berarti, anggota itu mendapat pinjaman tanpa bunga.

Tentu saja, beda dengan produk yang dikeluarkan perbankan, konsep tabungan dalam arisan minus imbal hasil. Itu sebabnya, Tejasari menyatakan, arisan yang mengumpulkan uang secara teratur selama periode tertentu bukanlah sarana investasi yang ideal. “Kalau jadi investasi, kan, arisan tidak ada bunganya,” beber dia.

Lantaran tidak ada bunga sebagai penghasilan tambahan dan biar tak mengganggu perencanaan keuangan keluarga, Budi menuturkan, setoran wajar arisan adalah 5%–10% dari pendapatan bulanan. Senada, Tejasari bilang, setorannya jangan lebih dari 10%.

Kemudian, Budi menyarankan, sebaiknya jangan ikut terlalu banyak arisan. Sebab biasanya, kegiatan ini menimbulkan biaya lain. “Tapi, kembali kepada tujuan arisan. Terkadang arisan juga dijadikan ajang promosi produk yang dijual para anggotanya,” ujar Budi.

Ya, enggak sedikit bisnis yang tumbuh dari hasil rutinitas pertemuan arisan. Banyak, lo, anggota yang sekaligus menjadikan arisan sebagai ajang menawarkan barang dagangan. Alhasil, selain duit hasil arisan, peserta juga mendapat pemasukan dari penjualan dagangannya.

Budi juga mengatakan, waktu yang ideal untuk satu periode arisan: 6 bulan–12 bulan. Jika lebih dari 12 bulan, uang hasil arisan yang tanpa bunga tergerus inflasi.

Bisa jadi investasi

Uang hasil arisan, menurut Budi, bisa digunakan untuk berbagai keperluan. “Tapi, sebaiknya dialokasikan buat hal-hal yang produktif, seperti dialokasikan kembali untuk investasi atau untuk mengurangi utang konsumtif yang masih tersisa,” saran Budi.

Tejasari menambahkan, uang hasil arisan bisa dipakai untuk membeli sesuatu yang memang dibutuhkan. Contohnya, untuk membeli perabotan.

Walaupun bukan keharusan, perabotan mungkin jadi kebutuhan dan pembeliannya bisa menunggu sampai dapat arisan.

Lalu, bagaimana jika arisan menggunakan mekanisme dikocok di awal, sehingga anggota sudah tahu kapan mendapat arisan dan akan dialokasikan buat apa dananya?

Budi justru mengatakan, aturan main seperti itu akan jadi hal yang mengurangi semangat dari arisan. “Yang menarik dari arisan, kan,  momen penarikannya yang setiap bulan,” ucap dia.

Nah, bagi Anda yang sejatinya disiplin menabung dan tetap ingin ikut arisan, Budi memberikan sejumlah tip.

Pertama, tentukan tujuan utama ikut arisan. Jika untuk kegiatan sosial dan mempererat hubungan keluarga, ada baiknya arisan juga bisa jadi solusi keuangan bagi anggota yang membutuhkan dana. Bisa juga arisan menjadi ajang untuk merencanakan aktivitas tahunan yang bisa menambah erat hubungan keluarga besar.

Kedua, jumlah setoran arisan yang terjangkau bagi semua peserta. Jangan sampai terlalu berat sehingga ada anggota yang kesulitan membayar.

Ketiga, arisan sebaiknya adalah kegiatan yang tidak mendorong orang untuk lebih konsumtif. Seringkali biaya penyelenggaraan arisan lebih besar, sehingga mendorong rumahtangga memiliki pengeluaran besar untuk aktivitas ini.

Untuk anggota arisan, Budi dan Tejasari memberi saran, agar pesertanya punya keperluan atau visi sama. Bisa kerabat atau rekan satu komunitas dan kantor yang punya tujuan sama misalnya, untuk kegiatan sosial dan menambah tabungan.

Sebenarnya, menurut Budi, semakin banyak anggota arisan semakin baik. Tapi yang paling penting adalah, koordinator arisan harus bisa mengelola kelompok kegiatan ini.

Satu lagi tips dari Tejasari: jangan menganggap arisan sebagai wahana investasi. Soalnya sekali lagi, tidak ada return dari aktivitas pengumpulan uang yang bernilai sama oleh beberapa anggota tersebut.

Tapi, bukan berarti arisan  tidak bisa jadi sarana investasi. Tejasari menyatakan, arisan bisa menghasilkan return bila dalam bentuk emas, reksadana,  atau instrumen investasi lainnya. “Instrumennya yang bisa dibeli secara ritel dan terjangkau,” tambah Budi.

Tentukan tujuan dulu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan

Terbaru