kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usai tutup gerai Sevel, Modern International bakal fokus jualan mesin fotokopi


Jumat, 19 Januari 2018 / 21:18 WIB
Usai tutup gerai Sevel, Modern International bakal fokus jualan mesin fotokopi
ILUSTRASI. PT Modern Internasional Tbk


Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca menutup semua gerai ritel Seven Eleven (Sevel), PT Modern International Tbk bakal fokus mengembangkan bisnis mesin fotokopi dan percetakan. Adapun, bisnis tersebut akan dikembangkan melalui anak usahanya yang bernama PT Modern Data Solusi Digital dengan merek Ricoh.

Untuk mengembangkan bisnis tersebut, perusahaan berkode saham MDRN di Bursa Efek Indonesia itu tengah mencari pendanaan. Salah satu strategi yang bakal dilakukan oleh perseroan adalah melakukan penjualan aset dengan nilai lebih dari 50% dari kekayaan perseroan.

Donny Sutanto, Komisaris PT Modern International Tbk mengatakan, selama ini bisnis fotokopi yang dijalankan perseroan melalui anak usahanya itu berjalan cukup baik, tetapi tidak mendapatkan sokongan dana yang maksimal untuk dikembangkan.

"Karena selama ini kan kita fokusnya ke Sevel," ungkap Donny kepada media di Jakarta, Jumat (19/1) usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

Untuk kembali mengembangkan Ricoh, perseroan bakal membahas penjualan aset pada RUPSLB hari itu. Namun karena tidak mencapai kuorum, agenda tersebut belum akan terealisasi. "Kita akan mengadakan RUPS lagi minimal 10 hari, paling lama 21 hari," imbuhnya.

Sebagai gambaran, Ricoh adalah bisnis mesin fotokopi yang dikelola melalui anak perusahaan MDRN bernama PT Modern Data Solusi Digital. Donny menyebut, pada tahun lalu, kontribusi pendapatan Ricoh terhadap total pendapatan perusahaan masih terbilang kecil, yakni di angka 10%.

Nantinya, lanjut Donny, perusahaan bakal fokus pada pengembangan after sales services yang mencakup kebutuhan teknisi di berbagai cabang.

Tak hanya fokus pada pengembangan bisnis mesin fotokopi dan percetakan, melalui penjualan aset, perusahaan juga ingin mengurangi total kewajiban dan utang bank. Sayangnya, Donny tidak menyebut target penurunan utang secara pasti pada tahun ini. Dia menyebut, tahun 2017 hingga 2018 merupakan tahun restrukturisasi.

Dengan begitu, perusahaan bakal fokus melakukan pengembangan bisnis Ricoh untuk mendulang pendapatan untuk bisa sesegera mungkin menekan kewajiban yang ada. "Kita ingin cepat, tetapi semua ada jadwalnya dan persetujuan bersama. Intinya kita ingin menyelesaikan semuanya, salah satu pendanaannya dengan penjualan aset," ujar Donny.

Mengutip laporan keuangan perusahaan periode Januari hingga Juni 2017, liabilitas perusahaan tercatat mencapai Rp 1,4 triliun atau naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang ada di angka Rp 1,3 triliun. Menurut Donny, perusahaan sudah melakukan pelunasan kepada salah satu pihak, yakni Bank CIMB Niaga.

Mengutip keterbukaan informasi, PT Bank CIMB Niaga telah melakukan pengambilalihan agunan atas aset tanah dan bangunan milik perseroan, yang merupakan jaminan dari pinjaman perseroan dan entitas anak dalam hal ini PT Modern Sevel Indonesia. Adapun, agunan aset tanah dan bangunan yang diambil alih tersebut adalah sebesar Rp 124 miliar.

Pada tahun ini, perusahaan juga memiliki rencana untuk mengakuisisi PT Nusantara Agri Sejati. Dengan adanya tambahan aset dari perusahaan yang bergerak di bisnis peternakan sapi dan pengolahan susu tersebut, perusahaan berharap bisa menyelesaikan kewajibannya. Donny pun belum bisa menyebut berapa nilai aset tersebut, dengan dalih masih di proses oleh tim independen. Yang jelas, hal itu masih rencana dan proses pembahasannya akan segera selesai dan diumumkan ke publik dalam waktu dekat ini.

Berdasarkan catatan KONTAN, nantinya, mekanisme pembayaran utang adalah pengalihan aset Nusantara Agri Sejati tanpa pembayaran tunai ke MDRN. Harga pembelian akan dipenuhi dengan obligasi wajib konversi atau OWK MDRN. Obligasi wajib konversi ini akan menjadi sub ordinasi atas seluruh kewajiban Sevel dan tidak akan dibayar secara tunai, sehingga tak berdampak pada kas perusahaan.

Jika rencana tersebut disetujui oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perusahaan juga akan masuk ke bisnis peternakan. Namun yang pasti akan dijalankan oleh perusahaan adalah pengembangan bisnis mesin fotokopi. Adapun, pasar dari bisnis tersebut ada di berbagai kota seperti Jakarta, Surabaya, Semarang, dan Bali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×