kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.001,73   8,13   0.82%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Unilever masih tumbuh, tapi melambat


Selasa, 12 Desember 2017 / 08:10 WIB
Unilever masih tumbuh, tapi melambat


Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelesuan ekonomi turut mempengaruhi kinerja PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Meski kinerja keuangan keuangan kuartal III-2017 meningkat, persentase pertumbuhannya melambat dibandingkan setahun lalu.

Per akhir kuartal III-2017, laba bersih UNVR naik 10,1% year-on-year (yoy) menjadi Rp 5,22 triliun. Di periode yang sama, pendapatannya hanya tumbuh 3,7% (yoy) menjadi Rp 31,21 triliun.

Pertumbuhan tersebut masih di bawah pencapaian kuartal III-2016. Kala itu, laba bersih dan pendapatan UNVR masing-masing tumbuh sebesar 13,56% dan 9,27%.

Analis NH Korindo Sekuritas Joni Wintarja mengonfirmasi, pelambatan pertumbuhan di sektor konsumer terjadi seiring pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung lamban. Hal ini akhirnya berimbas pada kinerja UNVR. "Soalnya lebih dari 50% GDP dalam negeri berasal dari konsumsi," kata dia kepada KONTAN, Senin (11/12).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, pertumbuhan ekonomi sempat stagnan di kuartal satu dan dua tahun ini, yakni hanya tumbuh masing-masing 5,01%. Pertumbuhan ekonomi baru naik menjadi 5,06% pada kuartal tiga.

Meski begitu, Joni menyebut, efisiensi biaya iklan dan promosi turut membantu UNVR di tengah tekanan lesunya bisnis konsumer. "Akhir-akhir ini Unilever memanfaatkan platform digital yang lebih murah ketimbang beriklan lewat televisi," ungkap dia.

Mengutip riset NH Korindo Sekuritas pada 17 November, rasio biaya iklan dan promosi terhadap penjualan UNVR terus menurun setiap tahun. Pada 2015, rasio biaya iklan terhadap penjualan UNVR sebesar 12%. Angka ini menyusut menjadi 11% pada 2016. Sementara tahun ini, rasionya kembali berkurang ke 10%.

Dalam riset 24 November, analis Indo Premier Sekuritas Hasan menambahkan, perubahan preferensi konsumen kelas menengah ke bawah turut menjadi penyebab melambatnya pertumbuhan UNVR. Untuk mengantisipasinya, UNVR berencana meluncurkan 40 hingga 50 varian produk baru pada tahun depan. UNVR juga tetap mempertahankan stock keeping unitdalam jumlah besar.

Hasan menilai, UNVR masih tangguh di antara para pesaingnya. Ini diperlihatkan oleh solidnya divisi home and personal care(HPC) yang konsisten dan stabil meraih margin laba kotor 55%. "Ini menandakan UNVR tidak merasakan tekanan harga jual akibat minimnya persaingan," kata dia.

Bisnis HPC menyumbang 68% total penjualan UNVR. Bisnis ini mencetak kenaikan penjualan 5% menjadi Rp 6,9 triliun pada kuartal III-2017.

Segmen bisnis food and refreshment (FR) juga membukukan kenaikan penjualan 10% menjadi Rp 3,04 triliun di kuartal III-2017. Kontribusi bisnis ini setara 32% dari total penjualan UNVR.

Meski fundamental UNVR cukup solid, analis BCA Sekuritas Jennifer Frederika Yapply memperkirakan pertumbuhan pendapatan emiten ini masih akan melambat hingga akhir kuartal IV-2017. Dia menilai, upaya UNVR melakukan divestasi dengan menjual produk Blue Band belum berdampak signifikan untuk mempercepat pertumbuhan pendapatan. Alasannya, kontribusi Blue Band hanya 1,5% dari total penjualan.

Ia memperkirakan, sektor konsumer benar-benar akan menunjukkan perbaikan pada tahun depan. Hal ini didukung rencana kenaikan upah minimum provinsi sebesar 8,71%.

Selain itu, Presiden Joko Widodo berencana menerbitkan aturan yang dapat membantu memulihkan daya beli. "Kami juga berpendapat inflasi yang terkendali dapat merangsang daya beli konsumen," terang Jennifer dalam riset per 2 November lalu. Ia merekomendasikan hold saham UNVR dengan target harga Rp 53.500 per saham.

Hasan juga merekomendasikan hold dengan target harga Rp 46.600 per saham. Dia memperkirakan UNVR akan meraih pendapatan Rp 41,87 triliun di akhir 2017 dan akan tumbuh 5,23% (yoy) menjadi Rp 44,06 triliun pada tahun depan. UNVR diprediksi bisa meraup laba bersih Rp 7,42 triliun di 2017 dan tumbuh 6,32% menjadi Rp 7,89 triliun pada 2018.

Adapun Joni merekomendasikan buy UNVR dengan target Rp 57.275 per saham. Potensi pertumbuhan sektor konsumer pada 2018 tak akan berdampak signifikan terhadap UNVR. "Kenaikannya condong untuk konsumsi pangan, padahal kontribusi food and refreshment UNVR tak sampai 40%," ujar Joni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×