kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Transaksi saham di awal tahun menurun


Selasa, 04 Februari 2014 / 06:05 WIB
Transaksi saham di awal tahun menurun
Aktivitas bongkar muat di dermaga bongkar muat peti kemas Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (3/1/2022). Ekspor Melambat, Surplus Neraca Perdagangan Agustus 2022 Diprediksi Melandai.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mendaki di bulan pertama tahun ini. Sepanjang Januari 2014, IHSG tumbuh 3,38% ke 4.418,76. Namun di awal bulan Februari justru turun 0,74% ke 4.386,26. Meski begitu, volume rata-rata perdagangan dan nilai transaksi harian terlihat belum agresif.

Dari data Bursa Efek Indonesia (BEI), di Januari 2014, rata-rata volume transaksi harian bursa sebesar 3,9 miliar saham dengan rata-rata nilai transaksi sebesar Rp 4,84 triliun. Transaksi perdagangan bursa itu lebih kecil ketimbang biasanya. Padahal, biasanya transaksi bursa di bulan Januari cukup ramai karena faktor January Effect.

Sebagai perbandingan, di Januari 2013, misalnya, rata-rata volume perdagangan saham mencapai 4,6 miliar saham dengan rata-rata nilai transaksi harian sebesar Rp 5 triliun.

Hal ini sepertinya membuktikan bahwa efek perubahan peraturan perdagangan, sejauh ini belum mampu mendongkrak transaksi perdagangan di bursa. Pada 6 Januari 2014 lalu, BEI menerapkan aturan perdagangan baru yakni menurunkan jumlah saham per lot dari 500 saham menjadi 100 saham per lot. Selain itu, BEI juga mengubah jumlah fraksi saham dari lima kelompok harga menjadi tiga kelompok.

Syaiful Adrian, analis Ciptadana Securities bilang, perdagangan saham di bulan lalu memang belum agresif lantaran ada beberapa sentimen negatif yang membayangi perdagangan. Pertama di akhir tahun lalu, tak banyak aksi window dressing yang berdampak ke January Effect.

Kedua, ada krisis yang dialami negara berkembang seperti Argentina dan Turki. Dus, investor cenderung mencari momen tepat untuk masuk ke pasar. Ketiga investor juga masih menyesuaikan diri dengan peraturan baru dari BEI mengenai perubahan lot dan fraksi harga. "Investor cenderung wait and see karena efek tapering dan ada aturan baru BEI. Jadi ada penyesuaian. Namun, perdagangan secara umum sebenarnya sudah mulai terlihat normal," jelas Syaiful.

Syaiful mengatakan, volume perdagangan akan kembali agresif di Februari akhir hingga Maret 2014. Soalnya, sentimen dari laporan keuangan emiten bakal menjadi daya tarik investor kembali mengambil posisi.

Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada mengatakan, biasanya rata-rata nilai transaksi bulanan bisa mencapai Rp 5 triliun. Ia menilai, transaksi belum ramai lantaran nilai tukar rupiah yang tak kunjung menguat membuat pelaku pasar menahan diri. "Tidak terjadinya January Effect karena sentimen negatif masih menyetir pergerakan," kata dia.

Tersengat makro ekonomi

Para analis optimistis, akan ada angin segar usai membaiknya data makro ekonomi Indonesia. IHSG juga mulai terlihat berotot jika dibandingkan indeks regional lainnya yang bergerak di zona merah.

Usai pemilu, Syaiful memperkirakan, nilai transaksi harian akan melejit dan IHSG bisa rebound. Perusahaan yang mau mencatatkan saham di bursa lewat initial public offering (IPO) pun diharapkan bisa mendorong transaksi perdagangan bursa.

BEI menargetkan, volume transaksi harian mencapai Rp 7 triliun di tahun ini. BEI mendorong perdagangan lebih likuid dengan menerbitkan sejumlah aturan anyar. Misalnya menambah jumlah saham beredar di publik alias free float. Ini diharapkan bisa memicu perdagangan lebih ramai.

"Kebijakan BEI akan positif di tahun ini dan mendorong nilai transaksi," ujar William Suryawijaya, analis Indosurya Securities. Sepanjang Januari, sektor keuangan, properti dan konsumsi memimpin kenaikan return.

Menurut Syaiful, dalam jangka panjang, saham perkebunan akan bullish dan tumbuh positif di tahun ini. "Target IHSG kami masih di level 4.800 di akhir tahun," ujar dia.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×