kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Transaksi mulai sepi, namun harga SUN masih tinggi


Kamis, 02 Februari 2012 / 11:30 WIB
Transaksi mulai sepi, namun harga SUN masih tinggi
ILUSTRASI. Prediksi IHSG hari ini Senin (15/2) akan naik, ini alasannya./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/01/10/2020.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga obligasi pemerintah masih tinggi, meskipun volume transaksi obligasi pemerintah dan korporasi di pasar sekunder sudah mulai sepi. Bahkan, obligasi pemerintah seri benchmark masih bertengger di posisi tertinggi untuk tahun ini.

Harga obligasi pemerintah seri benchmark FR0058 bertenor 20 tahun, pada penutupan Rabu (1/2), naik ke level 122,75, dari hari sebelumnya di 122,5. Itu posisi tertingginya di 2012. Demikian juga, seri FR0061 pada periode yang sama naik ke 113,75, dari 113,25 di hari sebelumnya.

Sementara itu, data Penerima Laporan Akuntansi Efek (PLTE) pada penutupan perdagangan Rabu (1/2) menunjukkan, volume transaksi obligasi di pasar sekunder turun 2,1% dari Rp7,8 triliun menjadi Rp 7,6 triliun. Frekuensi transaksi juga surut 8,8%, dari 690 transaksi menjadi 630 transaksi.

Analis obligasi Mega Capital Ariawan menilai, mulai sepinya transaksi di pasar sekunder, kemarin, karena investor asing sudah masuk cukup signifikan pada beberapa hari sebelumnya. Mulai Senin pekan lalu hingga selasa (30/2), nett buy asing di Surat Berharga Negara (SBN) sudah sebesar Rp 11 triliun.

"Apalagi, investor mulai wait and see atau menunggu untuk masuk saat lelang SBN pada Selasa (7/2) mendatang," ujarnya, Kamis (2/2).

Namun, lanjut Ariawan, tetap tingginya harga obligasi pemerintah, karena masih terjadi banyak penawaran di harga tinggi, meski tidak terjadi deal transaksi. Investor asing yang sebelumnya memboyong obligasi bertenor panjang, enggan melepas barangnya. "Investor yang sebelumnya masuk ke SBN tenor panjang, menahan barang, karena keuntungan (capital gain) di tenor panjang masih bagus, dengan yield masih terbilang tinggi," urainya.

Kenaikan harga, menurut Tumpal, juga didukung Credit Default Swap (CDS) yang juga terus turun. Pada periode yang sama, CDS bertenor 10 tahun turun di posisi 214,42 dari 222,08 di hari sebelumnya.

Sementara itu, Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing menilai, kenaikan harga obligasi pemerintah juga didukung Credit Defaulr Swap (CDS) yang terus turun. Kemarin, CDS bertenor 10 tahun turun ke posisi 214,42, dari hari sebelumnya mencapai 222,08.

Tumpal menyebut, faktor yang menurunkan CDS Indonesia juga disokong sentimen positif di pasar global, yaitu setelah rilis data manufaktur AS yang menggembirakan. Indeks manufaktur AS pada Januari naik ke level 54,1, dibnading bulan sebelumnya di 53,9. "Kendati lebih rendah dari estimasi analis, namun pelaku pasar masih optimis ekonomi AS akan terus tumbuh," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×