kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tetap tenang hadapi bursa yang demam


Rabu, 07 Februari 2018 / 10:45 WIB
Tetap tenang hadapi bursa yang demam


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham Amerika Serikat terserang demam dan menular ke bursa saham global. Dua hari perdagangan terakhir, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 7%. DJIA bahkan jatuh 4,6% pada perdagangan Senin (5/2).

Tekanan dari bursa saham Amerika turut membuat panik pasar modal global, termasuk  menggerus Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sesi perdana perdagangan kemarin, IHSG turun 2,4%. Untunglah, tekanan cenderung mengendur di sesi kedua. Alhasil, IHSG mendarat di 6.478,54, turun 1,68% dalam sehari.

Investor asing juga keluar dari pasar saham. Kemarin, asing mencetak net sell sekitar Rp 1,75 triliun. Padahal, kondisi fundamental dalam negeri relatif positif.

Tito Sulistio, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap pasar tetap tenang. Dia menilai, penurunan IHSG ini akibat kekhawatiran atas potensi kenaikan inflasi Amerika. Pemicunya, penyerapan tenaga kerja AS di sektor swasta dan kenaikan upah yang di atas proyeksi.

"Jadi, ini adalah persepsi sesaat," tandas Tito di Jakarta, Selasa (6/2). Oleh karena itu, BEI berharap emiten juga segera merilis kinerja tahun 2017, sebagai upaya untuk meredakan demam di pasar.

Meski begitu, tekanan masih ada. Sebab, selain kenaikan inflasi, pasar juga mencemaskan potensi membengkaknya defisit perdagangan AS. Padahal kini defisit perdagangan sudah di level mengkhawatirkan setelah naik 3,5% menjadi US$ 566 miliar. Dengan kata lain, tren pemulihan ekonomi AS masih rentan.

Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan menilai, kenaikan yield obligasi AS tenor 10 tahun juga memicu anjloknya bursa global. Sudah lazim ketika suku bunga naik, arah investasi akan cenderung bergeser ke instrumen obligasi.

Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman mengatakan, sebelum terkoreksi dalam, DJIA sempat menyentuh level tertinggi ke posisi 26.616,71, akhir Januari lalu. "Tapi kenaikan DJIA tidak ditopang fundamental ekonomi AS yang kuat dan solid," ujar dia.

Skenario terburuk, kata Norico, IHSG bisa turun ke 6.355. "Bahkan bisa tembus di bawahnya jika koreksi berlanjut hingga akhir pekan ini," kata dia. Ia menyarankan investor mengakumulasi beli bertahap (cost averaging) saat IHSG koreksi tajam.

Toh, para analis itu sepakat, koreksi IHSG ini hanya berlangsung sesaat. Fundamental ekonomi kita masih positif.

Prediksi Alfred, IHSG akan menguji level terendah di kisaran 6.300. Dalam jangka pendek, investor perlu memantau pergerakan bursa regional dan global, lantaran IHSG di pekan ini tetap disetir sentimen bursa saham dan ekonomi Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×