Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) berencana mengembangkan bisnis Metra TV yang merupakan kendaraan bagi televisi online UseeTv. Sebagai cara merealisasikan hal tersebut, emiten pelat merah ini ingin melepas 20% kepemilikannya di Metra TV.
Adapun saat ini, TLKM menguasai 99,83% di jasa penyiaran berlanggangan tersebut. "Jadi kami tawarkan ide ini ke orang, kalau ada yang mau boleh ambil 20%," ungkap Direktur Utama TLKM, Arief Yahya, Jumat, (29/8).
Sebagai gambaran, ia mencontohkan televisi serupa di Amerika Serikat, yakni Netflix. Di situ, Monthly Active Users (MAU) Netflix adalah sekitar 10 juta orang. Dengan perhitungan US$ 100 per orang, maka nilai Netflix adalah US$ 1 miliar.
Sedangkan saat ini, MAU UseeTv baru sekitar 1,2 juta orang. Jika dihitung US$ 100 per pengguna, maka nilai UseeTv adalah US$ 120 juta. Dengan kurs rupiah terrhadap dollar AS di posisi Rp 11.700, berarti nilainya adalah Rp 1,4 triliun. Nantinya, 20% dari nilai tersebut akan TLKM gunakan untuk menyuntikkan modal Metra TV. "Berapapun nilai proyeksinya, 20% akan kami investasikan kembali kembali," sebut Arief.
Emiten telekomunikasi ini pun telah melakukan penjajakan ke beberapa calon rekan untuk divestasi Metra TV. Ia menargetkan, MAU UseeTv dapat mencapai 10 juta pengguna dalam 5 tahun mendatang.
Pertengahan tahun lalu, TLKM juga mendivestasi 80% TelkomVision ke CT Corpora di harga Rp 926,5 miliar. Arief bercerita bahwa TelkomVision merugi selama 16 tahun. Meskipun pihaknya terus-menerus menyuntikkan modal hingga mencapai Rp 1 triliun, kondisi berdarah itu tak berubah.
Dus, TLKM pun menyusun beberapa strategi. Pertama, TLKM pernah berencana membeli televisi dengan siaran gratis atau Free to Air (FTA) karena majunya bisnis tersebut di Indonesia. Arief mengatakan, pihaknya telah berusaha melakukan opsi pertama. Namun krisis 2008 membuat aksi tersebut berhenti dilakukan.
Kedua, bekerja sama dengan FTA. Arief bilang bahwa konten yang kuat merupakan struktur penting dalam televisi berbayar. Sehingga, divestasi TelkomVision ke CT Corpora membuat pemegang saham Trans TV dan Trans 7 tersebut bisa menjadi pemasok konten utama TelkomVision.
Ketiga, membuat layanan penyiaran yang sesuai dengan industri telekomunikasi. Nah, televisi yang cocok untuk telekomunikasi adalah televisi online atau Over-The-Top (OTT). Inilah yang TLKM lakukan dengan Metra TV. Terlebih, pengembangan bisnis itu terbilang minim biaya.
Pada semester pertama 2014, jumlah aset TLKM mencapai Rp 130,16 triliun. Namun, aset Metra TV masih nol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News