kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak agresif, Mitrabara pakai sisa capex 2015


Jumat, 20 Mei 2016 / 12:56 WIB
Tak agresif, Mitrabara pakai sisa capex 2015


Reporter: Emir Yanwardhana | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. PT Mitrabara Adiperdana Tbk tak akan agresif menggelar ekspansi pada tahun 2016. Makanya, perusahaan tambang batubara tersebut merasa tak perlu mengalokasikan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) ekstra pada tahun ini.

Asal tahu saja, sepanjang tahun ini Mitrabara mengalokasikan capex sebesar US$ 18,2 juta. Sumber dana capex tersebut adalah sisa capex tahun 2015 yang tak terpakai secara maksimal.

Dari total alokasi capex tahun lalu sebesar US$ 27,5 juta, Mitrbara cuma membelanjakan 37% di antaranya. Kalau dihitung, masih ada sisa porsi capex tahun 2015 sebesar 63% atau sebesar US$ 17,33 juta.

Mitrabara lantas menambahkan sisa anggaran capex tahun lalu dengan sisa dana perolehan initial public offering (IPO) sebesar Rp 17,5 miliar.  "Jadi kami tambahkan ke anggaran capex tahun ini US$ 18,2 juta," terang Direktur Utama PT Mitrabara Adiperdana Tbk Ridwan dalam acara rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Mitrabara Adiperdana Tbk Ridwan di Jakarta, Kamis (19/5).

Rencana penggunaan capex terbesar pada tahun ini untuk mendirikan bangunan yakni US$ 14,94 juta. Sisanya, US$ 2,9 juta untuk belanja peralatan baru dan US$ 380.000 untuk kebutuhan lain.

Pada kuartal I-2016 kemarin, Mitrabara mengaku sudah membelanjakan 20% capex. Itu berarti, dana capex yang sudah terpakai sebanyak US$ 3,64 juta.

Sembari melanjutkan bisnis utama di sektor pertambangan batubara, Mitrabara mengawal rencana masuk bisnis kelistrikan. Perusahaan tersebut tengah mengembangkan pembangkit listrik tenaga biomassa (PLTBM) berkapasitas 10 megawatt (MW) di Malinau, Kalimantan Utara.

Mitrabara memilih lokasi di Malinau karena berdekatan dengan area pertambanganmereka. Alasan lain, kebetulan daerah tersebut juga masih defisit setrum.

Saat ini, proses pembangunan PLTBM Malinau dalam tahap feasibility study (FS). Mitrabara menargetkan proses FS selesai pada kuartal II. Setelah itu, mereka berencana menghubungi PT PLN untuk membicarakan power purchase agreement alias perjanjian jual-beli listrik.

Meskipun sudah memulai langkah merintis bisnis pembangkit listrik, Mitrabara memastikan bisnis tambang batubara belum tergantikan. "Untuk core business kami masih pada tambang batubara, kami belum bisa mengklaim proyek kelistrikan secara besar," tandas Ridwan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×