kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Taiheiyo Cement jajaki akuisisi 15% saham SMCB, bagaimana prospeknya?


Kamis, 14 Mei 2020 / 20:53 WIB
Taiheiyo Cement jajaki akuisisi 15% saham SMCB, bagaimana prospeknya?
ILUSTRASI. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) telah resmi mengganti merek semen Holcim menjadi Dynamix pada 27 September 2019


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan semen asal Jepang, Taiheiyo Cement Corporation (TCC) berencana mengakuisisi 15% saham PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB). Nilai rencana investasi TCC pada SMCB sebesar US$ 220 juta dan akan dilakukan melalui peningkatan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Dalam nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MOU) diterangkan bahwa kedua pihak telah sepakat bahwa SMCB akan melakukan kegiatan ekspor atas hasil produksinya kepada TCC. Klausul ini masih akan diatur dalam suatu perjanjian definitif yang akan dibuat kemudian. Sementara untuk kemitraan kedua perusahaan akan meliputi penelitian, pengembangan, dan teknologi sehubungan dengan kegiatan usaha produksi masing-masing.

Baca Juga: Gara-gara corona, kinerja Solusi Bangun (SMCB) diprediksi tertekan di kuartal II-2020

Direktur Solusi Bangun Indonesia Agung Wiharto mengatakan, keputusan ihwal aksi korporasi ini akan menunggu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Agung bilang, setidaknya SMCB sudah merencanakan menggelar RUPS pada Juli/Agustus 2020.

Agung memperkirakan seluruh transaksi investasi TCC yang dilakukan pada SMCB dapat dirampungkan pada kuartal IV tahun ini. 

“Setidaknya bisa eksekusi Desember tahun ini,” ujar Agung. Dia menambahkan, saat ini pihaknya masih menghitung harga pelaksanaan akusisi.

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai positif rencana akusisi 15% saham SMCB oleh TCC. Sebab, righta issue ini juga dibarengi dengan kerjasama untuk menjual produk SMCB.

Terlebih, pasar semen saat ini masih mengalami oversupply. Ditambah, konsumsi semen berpotensi melambat akibat Covid-19. “Otomatis salah satu langkah yang perlu ditempuh ialah dengan melakukan ekspor,” ujar Nafan kepada Kontan.co.id, Rabu (13/5).

Meski demikian, ada beberapa risiko yang harus dihadapi SMCB terkait rencana ekspor ini, mulai dari persaingan dengan pemain lokal hingga potensi ekonomi Negeri Sakura yang terancam tumbuh melambat.

“Terlepas dari kondisi di Jepang, ini sangat tergantung dari kinerja marketing di sana. Mudah-mudahan bisa diterima di pasar,” sambung dia.

Analis Danareksa Sekuritas Maria Renata mengatakan,akuisisi ini akan menghasilkan dilusi saham. Penerbitan 15% saham baru akan menghasilkan tingkat dilusi 13,0% dan mengurangi kepemilikan SMGR di SMCB menjadi 85,5%.

Maria menilai, akuisisi ini mungkin mendorong tingkat free float SMCB karena 98,3% sahamnya saat ini dimiliki oleh SMGR. “Menurut peraturan OJK tentang minimum free float, SMCB harus meningkatkan free floatnya pada April 2021,” tulis Maria dalam riset, Senin (27/4).

Maria memprediksi, lesunya permintaan semen bakal terjadi pada kuartal II dan kuartal III-2020 akibat merebaknya Covid-19. Adapun masa pemulihan permintaan semen kemungkinan terjadi pada kuartal IV-2020.

Namun menurut hitungan Maria, permintaan semen mungkin bisa turun sekitar 10%-16% secara year-on-year (yoy) dan bahkan bisa turun 20% jika pandemi Covid-19 berlanjut hingga kuartal IV-2020.

“Beberapa proyek infrastruktur pemerintah telah terhenti karena pandemi dan proyek-proyek baru pun ikut tertunda,” pungkas Maria.

Maria memperkirakan volume penjualan SMGR hingga akhir 2020 akan mencapai 39,8 juta ton atau turun 6,6% secara yoy. Sebagai gambaran, volume penjualan konsolidasian SMGR mencapai 42,61 juta ton semen pada tahun lalu.

Baca Juga: Raih laba bersih, kinerja Solusi Bangun Indonesia (SMCB) di kuartal I-2020 cemerlang

Untuk saham SMCB, Nafan bilang saat ini pelaku pasar cenderung wait and see. Sebab, penguatan yang terjadi di saham ini sudah cukup signifikan, dan saat ini pelaku pasar mulai melepaskan kepemilikannya di SMCB.

“Saham SMCB juga tidak terlalu likuid. Ketika ada penguatan signifikan dan dalam jangka waktu yang cepat, nantinya akan ada penurunan bertahap. Karena yang beli sudah selesai, pasar lebih cenderung wait and see,” pungkas Nafan.

Pada perdagangan hari ini, saham SMCB menguat 3,83% ke level Rp 1.085 per saham. Meski demikian, dalam sepekan perdagangan saham SMCB telah melemah 1,36%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×