kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SWF jadi angin segar bagi sektor konstruksi, bagaimana valuasi BUMN Karya saat ini?


Rabu, 20 Januari 2021 / 19:37 WIB
SWF jadi angin segar bagi sektor konstruksi, bagaimana valuasi BUMN Karya saat ini?


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah serangkaian pembiayaan alternatif seperti KIK-EBA, RDPT, DIRE, dan Komodo Bonds, pemerintah akhirnya meluncurkan sovereign wealth fund (SWF). Lembaga pengelola investasi ini diharapkan bisa segera beroperasi pada akhir Januari 2021. 

Analis Sukor Sekuritas Joey Faustian mengatakan, SWF ini nantinya diharapkan dapat membantu mendanai kesenjangan antara APBN dan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur. Dengan modal awal sebesar US$ 5 miliar, Joey yakin SWF akan membantu menarik investor luar negeri untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur Indonesia, yang akan menjadi pengubah permainan untuk pendanaan infrastruktur di masa depan. 

"Pada awal 2021, beberapa negara telah menyatakan minatnya, termasuk Amerika Serikat (AS), Jepang, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, dan Kanada dengan total komitmen investasi asing sebesar US$ 8 miliar," kata Joey, Rabu (20/1). 

Dengan kondisi tersebut Joey melihat sektor konstruksi di tahun ini memiliki prospek yang bagus didorong oleh realisasi pembentukan SWF dan pemulihan laba sektor ini. Joey melihat laba sektor konstruksi akan tumbuh 157% di tahun ini, dibandingkan dengan proyeksi penurunan laba pada 2020 sebesar 158%. 

Baca Juga: Ketua DPR terima usulan nama calon dewan pengawas SWF

Pemulihan laba didorong oleh tingkat burn rate yang lebih tinggi alias eksekusi proyek yang lebih baik di proyek yang sedang berjalan. Burn rate diprediksi mencapai 84% dari level 2019 didukung oleh penyederhanaan aturan pembukaan lahan baru di bawah omnibus law. 

"Kami menyukai PTPP dan WIKA sebagai pilihan utama di sektor karena proyeksi laba bersih yang solid didukung oleh tingginya rasio order book terhadap pendapatan. Selain itu keduanya juga memiliki gearing yang rendah," jelas dia. 

Namun demikian bila dilihat secara valuasi, Joey lebih memilih PTPP dengan prediksi valuasi yang lebih murah yaitu 0,87 di 2021. Joey merekomendasikan beli dengan memberikan target harga untuk PTPP sebesar Rp 3.000 per saham dan WIKA sebesar Rp 2.900 per saham.

Baca Juga: PTPP akan menawarkan aset dengan kepemilikan mayoritas kepada SWF

Lebih lanjut, Joey menjelaskan dari pembentukan SWF ini sebenarnya yang paling diuntungkan adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Namun WSKT bukan pilihan utama karena memiliki risiko besar akibat penundaan divestasi.

Setiap divestasi tertunda, setiap kuartalnya WSKT akan merugi Rp 350 miliar di beban bunga. Adapun Joey merekomendasikan beli saham WSKT dengan target harga Rp 1.890 per saham.

Adapun pergerakan harga saham BUMN Karya akhir-akhir ini juga terus meningkat. Joey menegaskan bila dilihat dari price to book value (PBV), saat ini masih di 1 kali, di bawah rata-rata standar deviasi 7 tahun terakhir.

Pasalnya pada tahun 2014-2015, pada saat Presiden Joko Widodo mulai fokus pada pembangunan infrastruktur, sektor konstruksi justru diperdagangkan dengan valuasi 2-3 kali. "Dari PBV masih murah dan masih ada peluang naik lagi," pungkas dia.

Baca Juga: Rekomendasi netral untuk saham BUMN konstruksi, ini alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×