kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suplai berlimpah, INTP rem ekspansi


Rabu, 23 Maret 2016 / 06:02 WIB
Suplai berlimpah, INTP rem ekspansi


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk bakal punya tambahan fasilitas produksi. Kalau tak meleset, April 2016 nanti mereka akan mengoperasikan pabrik semen brownfield plant 14 (P14) yang berada di Citeureup, Bogor, Jawa Barat.

Indocoment memulai pembangunan pabrik tersebut sejak tahun 2013. Nilai investasinya mencapai Rp 7,5 triliun. Pabrik berkapasitas 4,4 juta ton semen tersebut menjadikan Indocement memiliki total kapasitas produksi sebesar 25 juta ton semen per tahun.

Meski lini produksi bakal semakin kuat, tak berarti Indocement serta-merta akan menggenjot volume produksi semen pada tahun ini. Perusahaan berkode INTP di Bursa Efek Indonesia itu menyebutkan dua alasan utama.

Pertama, pasar semen nasional saat ini sedang berada dalam kondisi over supply alias kelebihan pasokan. Dengan asumsi pertumbuhan produksi semen nasional sekitar 5%, kondisi kelebihan pasokan bakal berlangsung tiga tahun hingga lima tahun ke depan.

"Ini artinya, kami baru bisa bangun pabrik baru pada kisaran tahun yang sama, atau dua tahun sampai tiga tahun lebih cepat," terang Pigo Pramusakti, Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk kepada KONTAN, Selasa (22/3).

Kedua, karakter produksi semen tergantung permintaan pasar dan kondisi cuaca. Manajemen Indocement menjelaskan, volume produksi semen pada kuartal satu dengan kuartal berikutnya bisa berbeda.

Faktor yang mempengaruhi naik atau turunnya volume produksi semen dalam setahun misalnya, momen Lebaran dan musim hujan. Maka dari itu, Indocement tak bisa memastikan tingkat utilisasi alias keterpakaian kapasitas produksi yang sama untuk setiap pabrik.

Mereka cuma bisa menyebutkan utilisasi ideal pabrik semen saat ini sekitar 90%. Dengan alasan sama, Indocement juga mengaku tak bisa menentukan target volume produksi semen tahun ini. "Karena industri semen itu abu-abu, produksi akan menyesuaikan dengan demand jadi tidak bisa ditargetkan," ujar Pigo.

Ingin naik banding

Di samping memikirkan pola permintaan pasar yang berubah, Indocement masih harus memikirkan nasib pembangunan pabrik di Pati, Jawa Tengah. Maklum, rencana lama perusahaan ini untuk menjejakkan kaki produksi di kota pinggir pantai Utara Jawa tersebut masih terganjal kasus hukum.

Akhir tahun lalu, Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Semarang meminta pembatalan SK Bupati Pati mengenai izin pembangunan semen Indocement melalui melalui anak usaha bernama PT Sahabat Mulia Sakti.

Pembatalan itu berangkat dari penolakan masyarakat. Dasar penolakan adalah pembangunan pabrik semen berpotensi merusak lingkungan. Atas putusan PTUN itu, Indocement pun berupaya melakukan banding.

"Banding kami lakukan karena amar putusannya tidak benar dan tidak tepat, soal perizinan itu adalah hak pejabat setempat, bukan masyarakat," kata Pigo. Sembari melakukan proses banding, Indocement akan melihat kondisi pasar semen ke depan.

Perusahaan tersebut tak mau buru-buru mengalihkan rencana pembangunan pabrik semen di Pati ke kota lain. Pasalnya, mencari pengganti lokasi pembangunan pabrik bukan perkara mudah. Alasan lain, rancangan investasi pembangunan pabrik Pati juga besar, yakni sampai Rp 6 triliun.

Tambahan lagi, sebagaimana Indocement beberkan tadi, saat ini industri semen nasional masih dalam kondisi kelebihan pasokan tadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×