kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Staf Khusus Menkeu, Yustinus Prastowo diangkat menjadi Komisaris Adhi Karya (ADHI)


Jumat, 05 Juni 2020 / 07:21 WIB
Staf Khusus Menkeu, Yustinus Prastowo diangkat menjadi Komisaris Adhi Karya (ADHI)
ILUSTRASI. Yustinus Prastowo, Direktur Eksekutif CITA. Foto dok.pribadi


Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Yustinus Prastowo diangkat menjadi Komisaris PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Pria yang baru saja diangkat menjadi Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis tersebut kini harus juga mengawasi korporasi konstruksi.

Ada beberapa proyek besar Adhi Karya yang sedang dikerjakan seperti LRT Jabodebek. Kemarin, Menteri BUMN Erick Thohir merombak jajaran pengurus ADHI. Salah satu dewan komisaris yang baru adalah Yustinus Prastowo. Selama ini Yustinus dikenal sebagai akademisi dan pengamat perpajakan.

Baca Juga: Dirut Adhi Karya (ADHI) diganti, Fadjroel juga dicopot dari Komisaris Utama

Alumnus Sekolah Tinggi Akuntansi Negara itu mengawali karir sebagai PNS di Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan dari 1997 hingga 2010.

Dikutip dari Cita.or.id, kegiatan penelitian yang aktif dilakukan Yustinus saat ini antara lain dengan Australia Indonesia Partnership for Economic Governance (AIPEG).

Dia juga menjadi peneiti, selain itu Yustinus juga aktif sebagai dosen di Universitas Kristen Indonesia, Universitas Tarumanagara, Universitas Trilogi/STEKPI, Universitas Atma Jaya Jakarta, dan Politeknik Negeri Keuangan DIV STAN.

Selain itu, ia juga mengajar di pendidikan kurator yang diselenggarakan Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia (AKPI) dan Kementerian Hukum dan HAM sejak 2008.

Yustinus akan mengawasi kerja Direksi baru ADHI. Apalagi kinerja ADHI sedang tertekan di kuartal I-2020.

Dalam laporan keuangan ADHI pada kuartal I-2020 merih pendapatan Rp 3,07 triliun, naik 31,76% secara tahunan (yoy) dari kuartal I-2019 yang sebesar Rp 2,33 triliun.

Baca Juga: Hore! orang kaya juga dapat insentif pemerintah hingga Rp 25 triliun

Meski pendapatan naik, laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk (laba bersih) ADHI justru turun 80,72% menjadi Rp 14,56 miliar di kuartal I 2020. Padahal laba bruto ADHI sebenarnya masih naik 30,09% yoy dari Rp 318,05 miliar menjadi Rp 413,76 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan, penurunan laba bersih ADHI tersebut disebabkan turunnya pendapatan lainnya dan bagian laba ventura bersama. Selain itu, beban keuangan juga mengalami kenaikan 26,73% menjadi Rp 186,86 miliar.

Adapun, pendapatan lainnya turun 57,86% yoy dari Rp 20,41 miliar menjadi Rp 8,6 miliar di kuartal I 2020. Sedangkan bagian laba ventura bersama turun dari 69,35% yoy menjadi Rp 24,66 miliar.

Penurunan pada pendapatan lain-lain disebabkan adanya pembebanan biaya dibayar dimuka atas proyek yang telah selesai namun biayanya masih tercatat dalam akun tersebut.

Sementara penurunan laba ventura terjadi karena beberapa proyek kerjasama operasi (KSO) ADHI tidak menyumbang bagian laba. seperti proyek Stadion Manahan Surakarta, Jalur Kereta Api Solo Balapan - Bandara Adi Soemarmo dan Toll JORR II Ruas Kunciran-Serpong.

Total terdapat 13 proyek sudah tidak menyumbangkan laba, dan dua proyek yaitu PLTU Tanjung Selor dan proyek 6 ruas tol dalam kota DKI mencatatkan kerugian.

Sementara itu, pendapatan ADHI mengalami kenaikan didukung oleh pendapatan dari jasa konstruksi yang naik dari Rp 1,81 triliun di kuartal I 2019 menjadi Rp 2,48 triliun di kuartal I 2020. Pelanggan dengan pendapatan usaha melebihi 10% dari total pendapatan ADHI adalah Kementerian Perhubungan yaitu sebesar Rp 438,96 miliar dan PT Hutama Karya sebesar Rp 1,19 triliun.

Baca Juga: Pemerintah akan jalankan insentif untuk sektor pariwisata, tapi ada syaratnya...

Di sisi lain, utang ADHI pada kuartal I-2020 tercatat sebesar Rp 30,94 triliun. Terdiri dari utang jangka pendek sebesar Rp 25,68 triliun dan utang jangka panjang Rp 5,25 triliun. Sementara itu ekuitas tercatat sebesar Rp 5,64 triliun.

Sementara itu posisi kas dan setara kas pada akhir periode sebesar Rp 1,17 triliun, turun dari posisi awal Rp 3,25 triliun. Penurunan disebabkan oleh posisi kas operasional yang negatif Rp 1,15 triliun, pengeluaran investasi Rp 152,37 miliar dan pengeluaran untuk aktivitas pendanaan sebesar Rp 773,54 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×