kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Spekulasi ekonomi AS angkat minyak


Rabu, 23 Mei 2012 / 09:20 WIB
Spekulasi ekonomi AS angkat minyak
ILUSTRASI. Sogo salah satu gerai ilik PT Mitra Adiperkasa Tbk.foto/KONTAN/Daniel Prabowo


Reporter: Marantina | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga minyak mentah merambat naik. Nilai kontrak pengiriman minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk Juni 2012, di New York Mercantile Exchange 22/5), Selasa (22/5), adalah US$ 92,63 per barel.

Kontrak pengiriman minyak jenis yang sama untuk Juli 2012, juga menguat, menjadi US$ 92,95 per barel. Sedang harga minyak jenis Brent, pengiriman Juli di ICE Futures Europe Exchange, naik 0,2%, menjadi US$ 108,99 per barel.

Pengangkat minyak kali ini adalah spekulasi tentang rencana pemerintah Amerika Serikat (AS) menambah stok emas hitam itu. Alasan lain kontrak minyak menanjak adalah rencana Negeri Paman Sam menjatuhkan sanksi terhadap Iran, terkait program nuklir negeri itu.

Lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni AS, Inggris, Prancis, China, Rusia, ditambah Jerman setuju menjatuhkan sanksi kepada Iran. Sanksi ini bakal menghambat kemampuan negara itu mengekspor minyak. Iran merupakan negara produsen minyak terbesar kedua di organisasi negara pengekspor minyak (OPEC).

“Kami masih punya masalah di Asia Tengah. Saya bisa melihat optimisme pasar mulai muncul yang akan mendukung kenaikan harga minyak. Saat ini, mungkin harga minyak masih mendekati level terendah, tapi saya yakin minyak akan kembali ke level US$ 100 per barel,” kata Jonathan Barratt, Chief Executive of Barratt\'s Bulletin, seperti dikutip Bloomberg.

Potensi rebound

Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures, mengatakan, minyak mentah akan mengalami rebound terbatas hingga akhir pekan ini terkait sanksi Iran.

Stochastic mengindikasikan kontrak minyak sudah oversold, hingga mendukung prediksi rebound. Moving Average Convergence Divergence (MACD), mengindikasikan, rebound minyak cenderung lanjut. Namun penguatan minyak akan tertahan di resistance US$ 94 per barel.

Stochastic baru keluar jenuh jual di level 26%. Sedang Relative Strength Index berada di kisaran 30,5%. Tekanan bearish tampak dari keberadaan minyak di bawah Moving Average 20 hari. “Hari ini ada potensi rebound tapi harus lewat dari US$ 94 per barel. Kalau gagal, minyak bisa turun hingga US$ 91,80 per barel,” papar Ariston.

Saat ini, pasokan minyak mentah lebih besar daripada permintaan, hingga harga cenderung tertekan. Para analis memprediksi pertumbuhan permintaan minyak turun menjadi 900.000 barel per hari, daripada tahun lalu, yaitu 1 juta barel per hari.

Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures, menilai, minyak sedang berada dalam fase technical rebound. Namun, tren garis besar minyak masih bearish, mengingat krisis utang di Eropa belum kunjung usai. “Pelaku pasar masih menunggu data cadangan minyak Amerika. Jika datanya positif, maka minyak bertahan rebound," ujar Nizar.

Proyeksi Nizar, minyak, hari ini berkisar US$ 90-US$ 93,50 per barel. "Jika harga minyak jatuh di bawah US$ 90, downtred akan berlangsung lama," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×