kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Soal lifting minyak, Pemerintah menyerah


Rabu, 20 Februari 2013 / 14:33 WIB
Soal lifting minyak, Pemerintah menyerah
ILUSTRASI. Final UEFA Nations League Spanyol vs Prancis: Kans Les Bleus balas La Furia Roja. Pool via REUTERS/Hannah Mckay


Reporter: Dikky Setiawan, Herlina KD | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA. Belum apa-apa, pemerintah sudah lempar anduk. Tahun 2012 belum genap berjalan dua bulan, pemerintah sudah angkat tangan tanda menyerah untuk memenuhi target produksi minyak mentah siap jual (lifting) minyak yang dipatok di APBN 2013 sebanyak 900.000 barel per hari.

Kemampuan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang bertanggungjawab terhadap pencapaian lifting minyak tak sanggup mencapai target segede itu. Sebab tahun lalu saja, lifting minyak hanya sekitar 860.000 barel per hari. “Tahun ini, SKK Migas hanya sanggup 830.000 barel per hari,” kata Rofiyanto Kurniawan, Direktur APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF).

Dalam Rapat Kerja Tahunan, Kamis (14/2) lalu, Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini memaparkan, tahun ini lifting minyak memang bakal lebih rendah ketimbang tahun lalu. Hanya, ia masih berharap lifting minyak di 2013 bisa digenjot hingga 850.000 barel per hari.

Maklum, beberapa KKKS, Rubi membeberkan, memangkas target produksi minyak tahun ini. Perusahaan yang merevisi produksi antara lain Chevron Pacific Indonesia.Perusahaan asal Amerika Serikat ini menggunting target produksi dari 330.000 barel per hari di 2012 menjadi 327.000 barel per hari di 2013.

Sebetulnya, kandungan emas hitam di perut bumi Indonesia masih melimpah, meski tidak sebanyak dulu. Tahun 2011, total cadangan minyak bumi kita masih 7,73 miliar barel. Sebanyak 4,04 miliar barel di antaranya terbukti. Terbukti maksudnya, jumlah minyak yang diperkirakan bisa diproduksikan dari suatu reservoar yang ukurannya sudah ditentukan dengan meyakinkan. Angka cadangan minyak terbukti menyusut menjadi 3,9 miliar barel di 2012 (lihat tabel).

Tapi, ya, itu tadi, tahun lalu, minyak mentah yang berhasil disedot dan siap jual hanya 860.000 barel per hari, jauh dari target lifting yang mencapai 930.000 barel per hari.

Rudi berkilah, gangguan fasilitas di hampir semua kontraktor kontrak kerjasama (KKKS) menjadi salah satu penyebab target lifting tahun lalu tidak tercapai. Gara-gara gangguan itu, minyak yang gagal diangkat dari perut bumi mencapai 11.300 barel per hari.

Faktor yang lain adalah penurunan potensi subsurface di Lapangan Sunu milik Total EP, Peciko milik Pertamina Hulu Energi, dan beberapa KKKS lainnya. Lalu, keterlambatan proyek baru, masalah pembebasan lainnya. Akibatnya, total tahun lalu 46.500 barel minyak per hari tidak bisa disedot.

Nah, untuk menggenjot lifting minyak tahun ini, SKK Migas sudah menyiapkan banyak jurus. Untuk jangka pendek adalah penyelesaian proyek utama secara tepat waktu, terutama pada lapangan Banyu-Urip Cepu, Lapangan Masela, Tangguh, IDD, Jangkrik, dan Donggi-Senoro. KKKS lapangan-lapangan itu akan mengebor 35 sumur baru yang bisa menghasilkan 74.444 barel minyak per hari, lalu melakukan workover atas 55 sumur dengan target produksi sebesar 46.274 barel per hari. Sehingga, keseluruhan minyak yang bisa diambil mencapai 120.000 barel per hari.

Sementara, untuk mendongkrak produksi di tahun-tahun mendatang, SKK Migas antara lain akan mengeluarkan aturan baru untuk mempermudah KKKS dalam menghasilkan minyak. Peraturan itu akan mempermudah KKKS bekerjasama dengan pihak ketiga dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. SKK Migas membuka pintu bagi investor asing maupun domestik untuk masuk. Termasuk kalau ada investor lokal yang mau 100% melakukan eksplorasi. “Kami mengundang asing karena dari dulu sadar bahwa KKKS lokal tidak bisa jalan sendiri. Kalau sekarang lokal dianggap sudah bisa, ya, sila buktikan saja,” ujar Rudi.

Kemudian, SKK Migas membolehkan KKKS menggelar tender hanya satu kali di awal proses produksi. Selama ini, setiap kegiatan produksi harus menggelar beberapa kali tender. “Jadi nanti, kalau KKKS berhasil, silakan diteruskan full production-nya,” kata Rudi yang menjanjikan peraturan itu akan terbit dan berlaku tahun ini.

KKKS nakal

Berikutnya, SKK Migas akan mendorong KKKS mengeksplorasi migas dengan teknologi enhanced oil recovery (EOR). Maksudnya, misalnya, reservoar atau batuan yang mengandung minyak didorong oleh surfaktan, seperti sabun dan polimer. Lalu, diinjeksi lagi dengan gas, diinjeksi pula bahan alkaline, atau diinjeksi uap seperti di Blok Duri, Dumai, atau udara atawa CO2. Banyak teknologi yang bisa diinjeksikan untuk mendorong minyak mentah di suatu tempat mengumpul ke sumur produksi.

Meskipun mahal, Rudi percaya, teknologi EOR bisa meningkatkan produksi sumur-sumur minyak yang sudah tua. Teknologi ini bisa menambah 5% hingga 10% produksi. Andai saja bertambah 5% dari cadangan minyak terbukti yang empat miliar barel, berarti ada 200 juta barel minyak yang bisa keluar lewat teknologi EOR.

Jumlah KKKS saat ini lebih banyak dibanding dulu. Saat ini tercatat ada sekitar 250 KKKS, dulu hanya 50 KKKS sampai 60 KKKS. Tapi, meski dulu jumlah KKKS sedikit, mereka melakukan penambangan benar-benar dengan komitmen penuh, bisa dibilang jorjoran sehingga lifting minyak mencapai 1 juta barel per hari. Masalahnya sekarang, walau KKKS lebih banyak, ada yang tidak melakukan eksplorasi. “Ada tujuh hingga sepuluh KKKS yang sedang kami identifi kasi, sebagian besar ada di Kalimantan dan Sumatra,” ungkap Rudi.

Pertamina siap membantu pemerintah mencapai target lifting minyak tahun ini. Ali Mundakir, Vice President Corporate Communication, menyatakan, target produksi perusahaannya tahun ini bakal naik 21% menjadi total 243.000 barel per hari  ibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 203.000 barel per hari.

Salah satu pendorong kenaikan produksi ini adalah sumbangan dari Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE  NWJ) yang ratarata menghasilkan minyak sebanyak 22.000 barel per hari. Bahkan, “Berkali-kali telah menyentuh level 40.000 barel per hari,” terang Ali. Dalam tiga tahun terakhir, Pertamina telah meningkatkan produksi minyak rata-rata 7% per tahun.

Dony Indrawan, Manager Corporate Communication Chevron Pasifi c, membenarkan, produksi tahun ini lebih rendah. Sebenarnya, lazim saja mengingat penurunan produksi alamiah bisa mencapai angka 14%- 16%. Justru, “Kami bisa memproduksi lebih tinggi dari target dan menahan laju penurunan produksi 4%-6%,” katanya.



***Sumber : KONTAN MINGGUAN 21 - XVII, 2012 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×