kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sjambiri Lioe: Keseimbangan berinvestasi


Sabtu, 08 Desember 2012 / 07:24 WIB
ILUSTRASI. Promo McD OVO Cashback 50% Points berlaku terbatas 3-4 September 2021 pada Semua Menu McD


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Hidup dalam keseimbangan, itulah moto hidup Sjambiri Lioe,Direktur Keuangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA). Moto itu ia terapkan pula dalam dalam berinvestasi. Latar belakang pendidikan di bidang finansial, membuat Sjambiri lebih teliti dalam berhitung, baik dalam hal risiko maupun cuan.

Pria kelahiran Pontianak ini memiliki strategi investasi dengan membagi pada portofolio yang aman dan pada portofolio yang lebih agresif agar mampu mendongkrak nilai investasinya. Ia pukul rata antara kedua portofolio itu yakni 50:50.

Instrumen yang menurut dia aman seperti deposito, obligasi pemerintah dan surat utang milik korporasi dengan peringkat yang bagus. Aman tidak selalu berarti minim penghasilan. Sjam, panggilan akrab pria berusia 53 tahun ini, mengoptimalkan pendapatannya dengan melakukan trading atau perdagangan saham. "Saya juga trading, jadi kalau beli di harga 110 kemudian naik ke 180, lalu turun lagi ke 170, saya akan jual," kata dia.

Setelah itu, ia akan mencari efek obligasi lainnya yang menurutnya bisa menghasilkan. Sjam membagi sedikit tips berinvestasi di obligasi, yaitu ia selama ini tidak pernah menyimpan obligasi hingga masa jatuh tempo.

Semantara, instrumen yang bisa mengapresiasi nilai investasinya dengan lebih agresif semisal saham, reksadana, dan emas. Adapun saham-saham yang menjadi pilihannya adalah saham yang terkait erat dengan kondisi makro ekenomi. Sjam lebih senang memilih saham-saham sektor consumer goods. Selain itu ia juga memilih saham emiten-emiten yang rajin membagikan dividen.

Untuk reksadana, ia memilih reksadana saham yang berpotensi mencetak return tinggi ketimbang jenis reksadana lainnya. Nah, ia akan mengempit emas jika kondisi pasar saham melorot. Si kuning ini ia jadikan alternatif investasi.
Meski hanya menjadi alternatif, ia harus melakukan kalkulasi sebelum memutuskan membeli emas. "Kalau harga emas di bawah US$ 1.700 per troi ons, baru saya akan beli," ujar pria yang memiliki satu putra ini.

Karena menurut dia, harga emas di level tersebut memiliki potensi menguat hingga ke level US$ 2.000 per ons troi. Nah, untuk memantau kinerja seluruh portofolio investasi, ia melakukan review setiap satu tahun. Hal itu dilakukan untuk mengetahui kinerja saham-saham yang dimilikinya. Ia juga akan kembali menata strategi berinvestasi selama setahun ke depan jika diperlukan.

Return 7% per tahun

Sjam memiliki alasan tersendiri dalam memilih portofolio investasi selama ini. Ia beranggapan, dengan berinvestasi di obligasi, ia tidak perlu menjual portofolio untuk mendapatkan uang tunai atau cash. Sebab, ia bisa memperoleh dana tunai dari kupon yang diberikan. Selain itu, dalam review yang dilakukan setahun sekali itu, ia akan menghitung mengenai perolehehan return dari setiap portofolio obligasinya.

Ia mematok return sekitar 6% hingga 7% per tahun. Sebisa mungkin Sjam akan memilih sejumlah instrumen yang bisa memenuhi target tersebut.

Misalkan, jika return obligasi setahun sebesar 4%, maka ia akan menggunakan 50% dana investasi untuk dibelikan obligasi tersebut. Dengan begitu ia sudah mendapat imbal hasil sekitar 2% per tahun. Nah, sebagian sisa dana yang ia miliki akan diputar pada instrumen yang bisa menghasilkan return sebesar 4% hingga 5%. Strategi seperti itu selalu ia terapkan dalam kegiatan berinvestasi.

Sekadar kilas balik, pria penyuka warna biru dan putih ini mulai memutar dananya di pasar modal sejak 20 tahun silam. Awalnya, ia tertarid berinvestasi hanya karena modal ikut-ikutan. Ketika itu ia langsung masuk ke pasar saham.
Tanpa pengetahuan yang mumpuni, ia tidak melakukan perhitungan secara fundamental, melainkan spekualtif. "Jadi saya ikut juga goreng-goreng saham waktu itu," ujarnya.

Seiring bertambahnya umur dan pengetahuan, ia pun mulai lebih bijak memutar uang. Sejumlah pertimbangan ia buat secara matang. Hal itu berbuah manis ketika krisis moneter menerpa Indonesia pada 1998 silam. Kala itu, nilai investasi yang ia miliki hanya merosot 30%.

Sjam tidak panik dan serta merta melepas seluruh portofolionya. Ia lebih memilih mempertahankan investasinya. Karena ia berpendapat, portofolio investasinya masih memiliki  fundamental yang bagus. Alhasil, saat ini nilai investasinya telah melesat hingga ratusan persen!    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×