kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,47   7,12   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak hal ini agar tak terjerumus investasi bodong


Selasa, 22 Agustus 2017 / 06:00 WIB
Simak hal ini agar tak terjerumus investasi bodong


Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - Investasi yang diiming-imingi imbal hasil besar kembali ditawarkan ke masyarakat. Meski terlihat menggiurkan, pengamat mengimbau agar para investor tetap waspada dengan tawaran investasi seperti ini.

Investasi ini bernama Investindo Amazon. Menurut laman resmi Investindo Amazon, para pemilik modal bisa dengan mudah mendapatkan return sebesar 15%-25% dalam waktu 15 hari setelah menaruh modal. Mereka pun mengaku imbal hasil besar tersebut diperoleh melalui investasi di saham dan pengadaan barang lewat situs e-commerce.

Tak hanya mengiming-imingi calon investor lewat return tinggi dan waktu yang cepat, Investindo Amazon juga mengklaim telah mendapatkan izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Bappebti untuk membuat para investornya yakin bahwa ini adalah bukan investasi abal-abal.

Meski telah memiliki izin dari lembaga pemerintahan, pengamat investasi Lukas Setia Atmaja tidak yakin, investasi yang ditawarkan Investindo Amazon bukanlah investasi abal-abal. "Izin belum tentu jadi jaminan bahwa investasi itu bukan investasi bodong," ujarnya kepada KONTAN, Senin (12/8).

Pasalnya, return sebesar 15% hingga 25% dalam lima hari tersebut hanya bisa diperoleh jika si pengelola mampu menggoreng saham alias memainkan isu terkait suatu saham agar saham tersebut bergerak secara drastis. Lukas bahkan mengkhawatirkan bahwa investasi yang ditawarkan Investindo Amazon ini merupakan sebuah skema ponzi.

Untuk itu, Lukas menyarankan bagi para investor maupun calon investor untuk memperhatikan beberapa hal. "Cari tahu seperti apa model bisnis yang ditawarkan perusahaan ini. Lalu, cari tahu juga rekam jejak pemiliknya untuk bisa mengetahui integritas dan kompetensinya. Terakhir, investor juga harus tahu apa alasan mereka menggunakan produk investasi tersebut agar bisa mempertimbangkan risikonya," kata Lukas.

Lukas juga menyarankan agar para investor agar jangan serakah sehingga mereka bisa berpikir jernih sebelum menanamkan uangnya di suatu produk atau perusahaan investasi yang menawarkan return besar. Ia juga menyarankan agar pemerintah dan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menggencarkan sosialisasi tentang investasi kepada masyarakat.

"Tujuannya agar masyarakat yang tidak mengerti soal investasi mampu mendapatkan informasi yang cukup untuk memilih mana investasi yang bodong dan mana yang bukan," tutur Lukas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×