kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak berita menarik di halaman rekomendasi!


Jumat, 16 Januari 2015 / 05:23 WIB
Simak berita menarik di halaman rekomendasi!
ILUSTRASI. Kode Redeem FF Hari ini 28 Juli 2023, Mau Klaim Reward Skin Gloo Wall hingga Diamond?


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Selain rekomendasi saham, kami menyajikan sejumlah berita menarik di halaman 5 Harian KONTAN edisi Jumat 16 Januari 2015, sebagai berikut.

Rekomendasi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)

Performa PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)  semakin mantap. Bank pelat merah ini bahkan merangsek maju menduduki posisi pertama bank dengan jumlah aset terbesar di Tanah Air.

Data Bank Indonesia (BI) per Oktober 2014 mencatat, BBRI memiliki total aset Rp 712,44 triliun (bank only), naik 22,59% secara year on year (yoy). Jumlah tersebut mengalahkan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang sebelumnya menempati posisi wahid. Pada periode sama, BMRI memiliki aset Rp 707,96 triliun, naik 16,3% yoy.

Analis menilai, peningkatan aset BBRI itu bakal mengangkat kinerja BUMN ini. Analis Buana Capital Marisa Wijayanto mengatakan, dengan aset cukup besar, BBRI berpeluang untuk ekspansi operasional yang lebih besar.

Tak hanya itu, Aditya Perdana Putra, Analis Semesta Indovest menyebut, bank yang memiliki aset besar cenderung memiliki likuiditas yang baik. Maklum, likuiditas jadi salah satu sorotan pada kinerja BBRI di tiga kuartal terakhir. Pada periode tersebut, pertumbuhan kredit lebih tinggi dibanding deposito.

PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)

Bisnis PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) masih melambat. Emiten ini memprediksi, pendapatan tahun 2014 tak jauh berbeda dari pendapatan 2013 yang sebesar US$ 606,8 juta.

Tahun ini, DSSA berharap bisa mencicipi pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi, sekitar 10%, dibandingkan tahun lalu. Itu berarti DSSA menargetkan pendapatan sekitar US$ 667,48 juta.

Hermawan Tarjono, Direktur dan Sekretaris Perusahaan DSSA, mengatakan, tahun ini bisnis DSSA belum banyak berubah . Perseroan ini masih konservatif lantaran harga batubara juga belum pulih.

DSSA masih fokus menggarap beberapa proyek pembangkit listrik. Saat ini, DSSA menggarap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Sumatera Selatan 5 senilai US$ 400 juta. Proyek tersebut diperkirakan selesai dan beroperasi pada tahun 2016.

Dengan beroperasinya proyek PLTU, DSSA berharap bisa mengantongi pendapatan lebih tinggi. Proyek PLTU Sumsel 5 diharapkan bisa berkontribusi hingga 20% dari total pendapatan DSSA di 2016.

PT Blue Bird Tbk (BIRD)

PT Blue Bird Tbk (BIRD) terseret kasus hukum. Emiten anyar tahun lalu ini digugat oleh Lani Wibowo dan Elliana Wibowo, selaku pemegang saham PT Big Bird, perusahaan terafiliasi Blue Bird.

Pihak tergugat adalah Big Bird sebagai tergugat I dan Purnomo Prawiro Mangkusudjono, Direktur BGB sebagai tergugat II. Kemudian dua komisaris BGB sebagai tergugat III dan tergugat IV.

Dalam kasus ini, BIRD adalah  turut tergugat IV. Sebelum itu, ada Dudung Abdul Latief (turut tergugat I), Mintarsih Latief (turut tergugat II) dan PT Big Bird Pusaka (turut tergugat III).

Purnomo Prawiro, Direktur Utama Blue Bird dalam keterbukaan informasi kemarin mengemukakan, pihaknya telah menerima gugatan hukum  Lani Wibowo dan Elliana Wibowo pada 3 Desember 2014 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Penggugat bersikukuh bahwa mereka sah secara hukum sebagai pemegang masing-masing 328 saham dan 1.148 saham Big Bird.

Dalam gugatannya, pemohon juga meminta majelis hakim memerintahkan tergugat I mencatatkan nama para penggugat sebagai pemegang saham dalam daftar pemegang saham Big Bird. Kemudian, majelis hakim diminta menyatakan tergugat II, tergugat III dan tergugat IV telah melakukan kelalaian berat dan perbuatan melawan hukum.

Lani dan Elliana meminta para tergugat membayar ganti rugi secara tanggung renteng. Total kerugian materiil yang diminta Rp 903,16 miliar dan kerugian immateriil Rp 301,05 miliar. Dus, total nilai kerugian Rp 1,2 triliun.

PT Surya Semesta Tbk (SSIA)

PT Surya Semesta Tbk (SSIA) menargetkan menggaet kontrak baru sekitar Rp 4,1 triliun pada tahun ini. Salah satu tulang punggung  pendapatan SSIA adalah anak usahanya, PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) yang akan menyasar proyek-proyek high rise building dan proyek jalan tol.

Tahun lalu, SSIA hanya bisa mengantongi kontrak baru sebesar Rp 3 triliun, dari target 3,7 triliun. Artinya, target tahun ini naik 36,6 % dari realisasi tahun 2014.

Erlin Budiman, Head of Investor Relation SSIA, mengatakan, target tahun lalu tak tercapai karena banyak kontrak diundur lantaran situasi di tahun politik yang kurang mendukung. "Potential building yang mau dikerjakan diundur ke Januari 2015 karena prosesnya ternyata di luar dugaan," kata Erlin kepada KONTAN, Kamis (15/1).

Namun, SSIA bakal melakukan ekspansi tahun ini mengingat situasi politik dan ekonomi sudah mulai stabil. Ekspansi akan fokus pada proyek perhotelan. Tahun ini sang anak, NRCA akan mengoperasikan tiga hotel dengan nama Batiqa Hotel yang terletak di Pekanbaru, Palembang dan Cirebon.

Beberapa waktu lalu, manajemen menyampaikan, rencana membangun  40 hotel setara bintang tiga dalam lima tahun mendatang. Rencana tersebut merupakan perubahan rencana awal yang akan membangun hotel bujet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×